November 20, 2009

Buah Cinta Al Banna untuk Wanita ...

Seperti biasa cuaca Jabotabek dalam bulan ini dihiasi dengan langit mendungnya. Meskipun cuaca tidak bersahabat, namun tidak menyurutkan orang-orang kantoran untuk tetap beraktifitas. Begitupun diri ini. Ada bara semangat yang sepertinya akan menetap. Aamiin Ya Rabb. Setelah dari kampus seharian ini untuk mengurusi sebuah amanah. Kulewati jalan-jalan setapak kampusku yang kini telah banyak berubah. Namun tidak menghilangkan keindahannya. Sangat nyaman memang untuk berlama-lama di tempat perjuanganku dulu. Melihat generasi-generasi pejuang membuatku semakin semangat.Entahlah,sepertinya ada energi ruhiyah yang melekat.

Langkahku pun tiba-tiba terhenti, saat saya memutar haluan menuju sebuah "ladang ilmu". Saya menamakannya ladang ilmu karena memang di sinilah tempatnya buku-buku islami di jual ( hehehe..).Tempatnya sangat strategis dekat dengan kampusku. Dan disinilah bursa langgananku. Semua buku islami tersedia lengkap. Setelah melihat-lihat dan mencari-cari buku, pandanganku tertuju pada satu buku mungil,156 halaman. Dan tinggal satu-satunya lagi. Judulnya "An Nisaa- Buah Cinta Al Banna Untuk Wanita-". Buku soft pink ini ditulis langsung oleh Imam Syahid Hasan Al Banna.Dari judulnya terlintas dibenakku, mungkin isinya sama dengan buku-buku yang membahas masalah kewanitaan yang sangat banyak beredar. Rasa penasaranku pun mulai timbul. Dan Subhanallah....

Ceritar singkat di atas sekedar intermezo..... ^^

Siapa yang tidak mengenal Asy-Syahid Hasan Al Banna. Namanya membahana di penjuru dunia dan di takuti oleh barat akan eksistensinya dalam berdakwah. Ia pendiri Ikhwanul Muslimin di Mesir. Dakwahnya tidak terbatas pada kaum pria saja, tetapi juga menyentuh kaum wanita. Karena itu dari tangannya terbentuklah Ma'had Ummahatul Muslimin. Beliaulah pria menggengam Kairo, pribadi yang mengejutkan Mesir dan dunia Islam. Lewat lisannnya, Al Quran kembali segar. Warisan kenabian jelas pada perangainya. Sungguh, lelaki yang tiada duanya ini telah berdiri tegar bagai karang, hingga menyurutkan debaran ombak materialisme yang merajai laut kehidupan. Begitulah sanjungan Syaikh Muhammad Ghazali terhadap Hasan Al Banna.

Dan mengenai buku ini, ternyata mempunyai nilai historis dan sangat "mahal harganya". Ternyata buku aslinya didapatkan penulis buku dari sebuah pameran " Cairo International Book Fair" tahun 2008. Berarti masih sangat hangat,baru setahun yang lalu. Buku itu ditemukan lusuh dan kumal, terbit tahun 80an.Nama penerbitnya pun sudah terhapus. Buku yang ditulis Imam syahid Hasan Al Banna dengan takhrij hadist oleh Syaikh Nashiruddin Albani ini berharga 5 LE sekitar Rp.8000,-. Lalu di mana nilai mahal dan historisnya? Singkatnya,mahal karena memang buku ini di dapatkan jauh di Kairo sana dan juga karena manuskrip ini adalah produk pemikiran seorang arsitek peradaban abad 20 termahsyur. Buah pemikiran yang sangat ditunggu-tunggu oleh para aktifis pergerakan.

Imam Syahid Al Banna menjawab tantangan dunia barat melalui buku mungil ini.Kita tahu begitu derasnya perang pemikiran yang digelorakan oleh dunia barat. Betapa besarnya hegemoni emansipasi wanita yang digencarkan secara westernisasi. Hingga menghilangkan kodrat sejati seorang wanita. Betapa dahsyatnya propanganda musuh-musuh Islam yang menebarkan dusta dan kebohongan dengan cover kebebasannya. Sungguh mereka telah menjual mimpi akan emansipasi wanita. Mereka yang mengakui sebagai kaum modernis dan intelek tak lebihnya dari orang-orang kuno tidak berilmu. Mereka hanya menjadikan masalah wanita sebagai bahan jualan untuk memenuhi target-target materi. Masya ALLAH... Duhai wanita, sungguh jagalah diri pribadimu..

Lalu siapakah yang akan membela kaum wanita terhadap gencarnya serangan-serangan dunia barat?? Mereka adalah pada da'i sejati yang konsisten memperjuangkan syariat dan hukum ALLAH. Diakah anda ??

Wanita. Makhluk ALLAH dengan pribadi yang halus nan sensitif. Sungguh, sangat besar eksistensinya dalam umat ini. Karena wanita adalah setengah dari bangsa, pengaruhnya sangat dominan bagi keberlangsungan sebuah bangsa. Ia adalah madrasah pertama yang membentuk generasi dan pengkaderan. Disinilah Islam datang dengan mengangkat derajat wanita, memperlakukannya seutuhnya. Memberikan hak-hak yang sama dengan pria dalam beramal kebajikan. Subhanallah begitu indahnya Islam mengatur persoalan wanita. Ada kebebasan namun tetap komitmen menjaga syarat-syarat yang telah dibuat Islam.Tetap mematuhi koridor-koridor suci. Imam Syahid Al Banna dalam buku ini mengatakan " Ajari kaum wanita dengan sesuatu yang mereka butuhkan, sesuai dengan tugas intinya dan misi utamanya yang karena ia diciptakan oleh ALLAH, yaitu mengurus, menata rumah, merawat dan mendidik anak".

Lalu bagaimana dengan wanita bekerja yang sekarang ikut meramaikan kehidupan ? Hasan Al Banna menjawab seperti ini ..." Jika memang tuntutan sosial yang bersifat emergensi, di mana mengharuskan wanita melakukan pekerjaan-pekerjaan yang tidak bertentangan dengan naluriahnya sebagai wanita, maka wanita diwajibkan untuk tetap mematuhi syariat Agama,kembali kepada Manhaj Islam. Hal ini untuk menjaga wanita dari fitnah".


Khusus untuk diriku (pemilik blog) dan kalian para wanita muslimah...
Bersungguh-sungguhlah dan teruslah berjuang meninggikan kalimat ALLAH dan tegaknya syariat Islam sebagai pedoman hidup.Bekerjalah secara serius dan produktif untuk Umat, untuk Dien ini. Sungguh,dari dirimulah akan lahir generasi berkualitas, para pendobrak itu, para mujahid dakwah. Layaknya sosok keberanian Ali Bin Abi thalib, secerdas Salman Al Farisi, setangguh Muas'ab bin Umair.

Duhai para wanita muslimah, tetaplah berpegang pada tali Agama ALLAH.Yang senantiasa menakar segala sesuatu dengan takaran langit. Senantiasa memandang kehidupan dengan Al Quran. Senantiasa melihat dunia sebagai ladang amal menuju akhirat, dan senantiasa menjadikan Islam sebagai manhaj, jalan hidup. Dan menjadikan Rasulullah sebagai uswatun khasanah kita, satu-satunya yang pantas di idolai..


Wallahu a'lam bishshowab..
Sekedar cerita singkat, karena bukunya belum selesai dibaca ^_^


Tidak ada komentar:

Posting Komentar