Oktober 31, 2009

Sebiru hati itu..

Episode hidup ternyata abu-abu
Tertegun ia meneropong hatinya
Hanya ada satu warna
Biru,hati yang biru
Masih menyisakan seribu tanya
Ia terjatuh lemas
Mencari keinginan nurani
Harapan kini terhempas lagi
Di ujung penantian abu-abu tak bertepi
Kini ia melihat sebiru hatimu
Perasaan yang sama
Namun,lihatlah juga birunya hati itu,hati yang pernah terjaga oleh ketulusanmu
Selami lebih dalam
Masihkah kau temukan ketulusan?
Kini,ia tertatih lagi,memperjuangkan harapan itu
Sendiri..hanya seorang diri
Tak perlu banyak beretorika
Bahagiamu lebih utama
Karena ia akan tetap dengan kesendiriannya
Hingga nanti ia temukan jawaban
Dalam tapal batas penantian


Sebiru hatiku kini, 31 Okt 2009

Oktober 30, 2009

Ishbir yaa Nafsiy..

ALLAH...Diri ini terjatuh lagi
Diri ini menangis lagi
Mengapa lagi dan lagi
Sudah banyak bulir hangat yang tumpah
Sakit,hingga menghujam di kedalaman

ALLAH...kini kebingungan menghampiri, penuh tanya dalam hati..
Mengapa harus ada asa itu ?
Ijinkan rasa itu pergi
Karena kini kumengerti
Akan sakitnya

ALLAH...Bantu aku mengenalinya
Keinginan jiwa sebenarnya..

Dengan izinMU ya Rabb..
Ijinkan hati dan jiwa ini terjaga
Hingga kumengecapnya
Di tempat yang tiada lagi tangisan pilu nan melenakan
Di tempat yang tiada lagi kedukaan
Di tempat akhir segalanya
Tempat yang penuh cahaya cintaMU..



Makassar,yang kini penuh bulir itu... 30 Okt 2009

Oktober 14, 2009

Tentang Cintanya ..

Aku tidak menunggu kepulangan dan janji-janji sore
Aku tidak menunggu kereta kan kembali membawa secercah harap

Kau tinggalkan aku mengarungi hari-hari dalam kebisuan derita
Kau lihatkah bahwa rinduku untuk syurga atau cinta kelangitan

Kau lihatkah bahwa janji itu untuk ALLAH
sudah tibakah saat pemenuhannya

Aku berlalu bagai perindu
Sebagai pemabuk yang cinta mendengarkan panggilan

Kau jumpaikah di sana para kekasih
apa warna pertemuan itu
dalam hijaunya syurga, dalam firdaus dan gemuruh karunia

Di negeri kebenaran kalian berkumpul
dalam damai dan perlindungan

Jika memang karena itu, selamat datang kematian tergilas darah
akankah aku menemuimu di sana, tinggalkan negeri derita

ya, kan kutemui kau di sana
Janji yang diyakini orang-orang jujur

kita dapatkan balasan, atas hari-hari yang kita lalui
dalam derita dan cobaan
kita kan dijaga dalam kebaikan
tanpa takut perpisahan dan kefanaan ..



Itulah tentang cintanya yang tertulis dalam syair ketulusan. Yang mengantarkan perginya sang kekasih hati. Syair cinta yang ditulis seorang wanita tegar,yang dalam dirinya mengalir sifat-sifat mujahid. Ialah Aminah Quthub, adik Sayid Quthub rahimahullah.

Betapa lama ia menunggu akan sebuah kebersamaan indah bersama sang suami, seorang Da'i Ikhwanul Muslimin. Sang suami termasuk dalam da'i yang ikut dipenjara saat rezim berkuasa di Negeri Para Anbiya.

Berpuluh-puluh tahun pun ia tetap menanti sang suami. Meskipun sempat terlepas dari penjara namun sang suami kerap ditahan lagi.

Suaminya pun tak tega melihat istrinya terus dalam kesendirian. Maka Ia memberikan kebebasan penuh untuk istrinya agar mencari kebahagiaan yang lain. Apakah yang dilakukan Aminah, saat suaminya berkata seperti itu. Apakah ia mengambil kesempatan dan lari meninggalkan suaminya?
Aminah Quthb tidak lah begitu. Meskipun pernyataan suaminya mengiris hatinya. Namun Ia tetap menunggu dan bersabar atas takdir Ilahi. Ia tetap bertahan hingga syahid pun menjemput sang suami. Dan tidak ada yang memisahkan antara aku dan dirinya kecuali kematian, tutur Aminah.

Sungguh keteguhan, kesabaran dan keikhlasan yang ditunjukkan seorang Aminah Quthb..
Subhanallah..dan tentang cintanya ia hanya bisa tuangkan lewat untaian indah, syair ketulusan itu.

Di Ujung Senja Taman Surga