Juli 10, 2009

.: Untitled :.

15 Jumadil Awal 1430 yang lalu...
Subuh itu langit kota Mekkah begitu cerah.
Burung-burung dara yang telah lama menghiasi kota suci ini mulai berterbangan.
Sungguh indah. Hari itu hari terakhir ku di Mekkah. Rasa haru setelah selesai tawaf wada. Berharap akan berjumpa kembali dengan Baitullah. Insya Allah..
Sampai sekarang masih terukir jelas wajahnya, sisterku. Kebersamaanlah yang membuat kami bisa survive di sana.


Siang itu kulihat wajahnya tenang, tersenyum manis. Namun bisa kurasakan suasana hatinya. Kucoba untuk menguatkan diri dan mengalihkan pandangan ke seorang teman yang lain. Ku tak ingin air mata ini terurai dengan derasnya. Ia pun menutup wajahnya dengan cadar hitamnya. Seolah-olah menutupi matanya yang telah membengkak. Tiba saatnya kuucapkan salam terakhir untuknya, untuk sisterku itu. Dipeluk eratnya aku, sambil terisak-isak dan membisikkan kata terakhirnya.. " Uhibbuki fillah ya ukhti ".. Ku tak mampu berkata-kata lagi, kuakui jiwa dan hatiku menangis. Itulah cinta..

Kini..Kutemukan sosok saudara yang luar biasa. Ia pun menangis setelah mengatakan "Uhibbuki Fillah". Saudaraku.. dari lubuk hatiku paling dalam ingin rasanya mengetuk isi hatimu dan menanyakan apa yang kau rasa. Namun sepertinya engkau enggan aku menyelami hatimu. Ku hanya bisa menilai dari insting pribadiku, dan berdoa untukmu.Ku masih ingat kata-katamu bahwa ini bukanlah tangis kelemahan, biar lah jiwa yang mendefinisikan. Mungkin itulah cinta..

Sungguh indahnya Islam menempatkan rasa cinta di setiap hati sanubari. Bahkan Rasulullah pun menempatkan rasa cinta kepada sesama karena Allah. Bukan karena materi ataupun tendensi-tendensi lain sebagai faktor dari kesempurnaan iman. Iman yang tulus, teguh dan senantiasa berlandaskan di atas cinta-Nya. Melewati jalan yang lurus. Seperti cintanya para Shahabiyah yang tak diragukan lagi. Yang mengarahkan setiap langkah, setiap perilaku dan segenap aktivitas yang hendak dilakukannya ke arah jalan yang diridhoi oleh Allah. Sebuah cinta yang didasari atas pengorbanan tulus dari dasar hati dan bukan sebuah kesia-siaan melampiaskan nafsu syahwati.

" Tidak sempurna iman seseorang diantara kalian hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana mencintai dirinya sendiri " (HR. Bukhari dan Muslim)

Duhai saudaraku..
Sungguh indah nikmat persaudaraan yang Allah anugerahkan pada setiap hambaNya. Ia menghadirkan sosok teman disetiap fase kehidupan seseorang. Sahabat untuk mengarungi indahnya kehidupan, mempercayai ketika yang lain ingkar, menguatkan ketika diri rapuh, menghibur ketika hati gundah, mengingatkan ketika salah.

Uhibbuka fillah..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar