Februari 09, 2011

Saat itu Jumat Mubarak

Episode cinta di Madinah selalu memberikan kesan dan hikmah yang berbeda.Semuanya dengan ceritanya tersendiri. Kali ini episode cinta itu hadir dari dalam Masjid Nabawi. Tepatnya hari jum'at yang lalu, saat saya dan teman hendak menunaikan shalat juma'at berjama'ah.

Siang itu, cuaca lumayan terik namun masih dalam suasana penghujung musim dingin. Kami pun tiba di haram. Seperti biasa ini adalah kegiatan rutin saya dan teman untuk shalat jum'at jika tidak sedang dinas. Setelah menitipkan seluler di maktab amanah, kami pun menuju ruang utama masjid. Suasananya seperti biasa, sangat ramai, ibarat musim haji yang telah lewat.

Shalat sunnah pun usai dilaksanakan. Sejenak mengarahkan pandangan ke setiap sudut dan langit-langit Nabawi, menengok ke kanan dan ke kiri.. Subhanallah,,sungguh nikmat TuhanMu yang manakah yang engkau dustakan.


Tiba-tiba ada yang menarik perhatianku. Terdengar suara seseorang membaca quran. Sangat merdu dan jelas. Masya ALLAH dua orang gadis cilik. Ternyata sejak tadi mereka duduk di belakangku. Baru ngeh (heheheh...).Satu orang sedang melantunkan sebuah surat yang tidak asing ditelingaku, sedangkan yang satunya lagi sedang menyimak. Yang tua bernama Fatma berumur 11 tahun dan yang satunya lagi bernama Lojain berumur 7 tahun. Saya membalikkan badan dan memperhatikannya menghafal ulang surat Al Ma'arij. Mereka tanpa malu-malu tersenyum ramah, dan saat itu juga kusampaikan padanya untuk berhenti menghafal.

Kuambil mushafku dan mencoba mengoreksi hafalannya. Dengan senang hati, fatma mengiyakan. Surah ke 70 dengan 40 ayat di lantunkannya dengan mumtaz. Subhanallah..kuacungi jempol untuknya. Mumtaz, kataku. Hebaaaaatt, masih kecil dah hafal surat yang panjang-panjang. Fatma lanjut berkata, "kef inti? yallah, kaman surah al ma'arij. Ia menutup mushafku. Masya ALLAH kaget dibuatnya,dengan sedikit muka kaya humairoh..hehe.. Dalam hati ku berbisik duuuuh, masih inget nda ya?? tapi ayo dicoba.. Bismillah....Kumulailah  surat Al Ma'arij dengan lancar, hingga dipertengahan mulai tersendat, dan ia pun membantu sedikit-sedikit. Finally i can pass it.. Fatma bilang Jayyid ^_^. Ehm..sebenarnya ada rasa malu, dah gede gini hafalan masih ......

Cukuplah kisah sederhana ini. Begitu dalem dan nanceeeeep banget ke hati. Begitu dininya anak-anak Madinah menghafal quran. Bagaimana kalau mereka dewasa ya.. Subhanallah... Saya pernah berdiskusi dengan seorang teman muslimah di RS, kebetulan satu ruangan dengan saya. Saya bertanya bagaimana pola didik orang tuamu di rumah? Ia menjawab sejak kecil orang tua mewajibkan anak-anaknya untuk sekolah dan hanya mata pelajaran terkait agama islam yang mereka fokuskan. Seperti baca tulis al quran dan menghafal quran. Kalau belum mumtaz, maka mereka tidak boleh melanjutkan ke ilmu pendidikan lainnya. Intinya bukan ilmu-ilmu dunia seperti science, bahasa, ekonomi dsb yang mereka dahulukan. Selain itu beberapa orang tua juga membatasi anak-anak mereka untuk lebih dekat dengan dunia televisi atau internet. Buktinya sampai saat ini, teman saya itu tidak tahu apa itu facebook atau email. Subhanallah..Thats why..mudah bagi mereka untuk melanjutkan hafalan quran saat mereka dewasa karena lingkungan mendukung.


Ya ALLAH, dengan Al Quran, karuniakanlah kasih sayangMu kepadaku. Jadikanlah Al Quran sebagai imam, cahaya, hidayah dan sumber rahmat bagiku..
Ya ALLAH, Jadikanlah Al Quran sebagai Hujjah untukku... 


Madinah @ 00:13 AM
6 Rabiul Awwal 1432 H










1 komentar: