Februari 11, 2010

Sajak Perpisahan


Hari ini, saat di luar sana fajar telah merekah terpancar sinar cintanya
saat langit telah membiru, menebarkan putihnya
di sini, jemari mencoba menuangkan kembali bait demi bait
yang ternyata sulit
tak semudah dahulu merangkai deretan makna

Duhai waktu, duhai hari-hariku

Begitu cepatnya kalian bergulir
hingga melampaui batas pikirku

ternyata diri ini sudah ada di ujung jalan itu
mencoba berlayar dan mengasingkan diri


Dahulu kita di persimpangan itu, saling menunggu.
Kini kita telah sampai di dermaga
Menatap biru putih langit kokohNYA tanpa tiang
Melambai-lambai semilir angin kesyahduan menyapa

Sungguh,
tak ada hari yang seindah hari ini,
di dermaga ini
melihat senyum tulus
meski tampak kejauhan dan samar-samar

dahulu kita jauh tapi hati kita terpaut.
Kini akan semakin jauh dan jauh


Tersadar kembali,
ini hanyalah fase hidup
yang suatu saat semua akan kembali ke kampung sebenarnya

Tempat istirahat yang terindah yang pernah ada,
namun tergantung seberapa ikhlas dan kokohnya kita menjual diri padaNYA


Jangan pernah ada duka atau mendung di pelupuk.
Jangan pernah jenuh lantunkan doa-doa tulusmu untukku
Pintaku, tetaplah di dermaga itu memberikan cinta terbaik untukNYA

Tak usah risau akan ada tidaknya pertemuan kita nanti

Waktu akan menjawabnya indah dengan takdir terbaikNYA

Ah.. ternyata,
itu semua hanya kata-kata
yang berbaris rapih, penuh makna

Di sini tak mampu lagi membendung butir bening hingga ia sembab

Kini hanya ia yang menyeka airmatanya,
sendiri , di negeri asing itu
-Aku pamit
Menanti hari berjuang di negeri para Nabi
10 Februari 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar