Oktober 20, 2010

Pelitaku..Matahariku


Anakku, lihatlah matahari itu
Ia tidak pernah berhenti memberikan cahaya
Sekalipun orang-orang tidak mau memujinya
Tidak pernah memberikan penghargaan kepadanya
Ia tetap memberikan pencahayaan
Bayangkan, apa yang akan dialami bumi
Bila matahari tidak mau bercahaya

Anakku, janganlah kau putus asa
Karena besok pagi matahari itu akan terbit kembali
Songsonglah masa depan dengan semangat membara
Tanpa kenal lelah dan pudar
Karena dengannya kau akan menjadi mulia
Anakku, kau lihat matahari itu sangat tinggi
Tetapi ia masih mau membantu bumi
Karenanya, bila engkau kelak sedang di atas
Janganlah lupa kepada yang di bawah
Sebab kau akan semakin tinggi ketika kau selalu merendah
Anakku, matahari itu tidak lupa diri
Sekalipun ia sibuk memberikan cahaya kepada semesta
Ia juga memberikan cahaya pada dirinya
Karenanya janganlah kau menjadi seperti lilin
Yang rela membakar dirinya untuk pencahayaan
Tetapi jadilah seperti matahari
Yang memberikan cahaya bagi orang lain
Juga memberikan cahaya bagi dirinya sendiri
(Belajarlah dari Matahari, Dr.Amir Faishol Fath)



Secara seksama kuperhatikan wanita paruh baya itu. Dengan mata sembab di pelupuknya. Sesekali menyeka airmatanya yang terlanjur jatuh. Ia sesegukan. Ia berusaha menyembunyikan rasanya dari mujahid-mujahid kecil yang sedari tadi berdiri di belakangnya. Jangan khawatir bunda, ini kehendak ALLAH. Akan ada hari indah untuk kita berkumpul kembali. Begitu kata si sulung.


Separuh jiwanya akan hijrah ke seberang pulau. Sedangkan wanita itu harus menanti waktu untuk hijrah bersama. Bagaimana rasanya saat berpisah dengan suami dan anak-anak yang selama ini bersamanya. Siapapun bisa merasakan hati wanita itu. Rasa yang berkecamuk. Namun ia wanita tangguh, wanita penyabar. Hingga saat ini pun ia tak pernah mengeluarkan keluhan dari bibirnya.
Begitu rindunya sang wanita itu kepada mujahid-mujahid kecilnya, hingga ia membuat album foto mereka satu-satu. Dari si sulung hingga yang bungsu. Ia begitu telaten menyusun foto-foto masa kecil mujahid-mujahidnya. Foto-foto itu tersusun rapih. Foto dari bayi berumur satu hari hingga foto-foto terakhir kebersamaan mereka. Pun teriring surat cintanya untuk para mujahid kecil." Peluk cium untuk anak-anak bunda", begitu akhir suratnya.
Bulan demi bulan pun berganti, akhirnya wanita paruh baya itu dapat hijrah juga dan berkumpul bersama suami dan mujahid-mujahid kecilnya. ALLAH memang Maha Adil, Ia Maha Kuasa. Tidak selamanya badai itu mengisi hari-hari seseorang. Pelangi indah akan terpancar sesuai kehendakNYA. Begitulah hidup yang ia yakini.
Ada yang berbeda setelah hijrah dari kota lamanya. Kebiasaan wanita paruh baya itu. Mungkin karena di ibukota negara jadi pemikiran pun harus berubah. Pernah suatu hari sang bungsu melihat sang bunda sibuk melayani seorang tetangga yang juga supplier buku-buku. Belum jelas buku-buku apa. Namun banyak sekali jilid per jilid. Ternyata itu adalah buku-buku agama islam. Dasar masih kecil, si bungsu belum terlalu mengerti tentang buku itu.  Satu hal yang baru sekarang membuat si bungsu "melek" adalah dulu wanita itu sering sekali membaca sebuah majalah islam. Majalah itu selalu tergeletak di meja. Sesekali mujahid-mujahid kecil pun ikut membaca , meski tak terlalu mengerti.
Hidayah.. 
Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.(QS. Al Maa-idah.16)
Begitu ungkapan wanita itu yang sekarang sudah tumbuh rambut putih di mahkotanya kepada si bungsu suatu waktu. " Nak, kalo kita tidak pindah, belum tentu kita bisa seperti sekarang. Ada hikmah terindah yang sudah ditakdirkan ALLAH untuk kita. Dan alhamdulillah hidayah itu ada untuk kita, untuk bapakmu, dan kakak-kakakmu. Nak, belum cukup disini kita puas atas karuniaNYA. Jalan menuju ridhoNYA sangat terjal, naik turun, dan mempertahankannya tidak mudah. Hanya orang-orang yang secara keimanan yang mampu bertahan."
Itu salah satu bujukan wanita itu kepada si bungsu saat menganjurkannya menutup aurat alias memakai jilbab. " Lihat nak, kamu cantik dengan memakai menutup dikepalamu, sambil membantu si bungsu merapihkan jilbabnya " Semoga nanti teman-teman di sekolahmu bisa ikutan juga memakai jilbab sepertimu ". Begitulah ia, karena adanya pemahaman tentang dienul islam ia pun perlahan-lahan mengajak satu-satu mujahid-mujahidnya untuk mencintai ALLAH dan mengenal Al Islam.
Bagaimana dengan sang suami. Ia pun sama dengan istrinya. Ia adalah pilar keluarga. Sosoknya juga luar biasa. Penuh tanggung jawab, penyabar dan penuh kasih sayang. Bersama wanita itu, ia ingin kelak mujahid-mujahidnya bisa menjadi harapan, tidak hanya untuk keluarga tapi juga ummat. Betapa banyaknya nasihat-nasihat mereka kepada mujahid-mujahid itu. Sedari dulu, dari mereka kecil hingga sekarang  saat semuanya sudah dewasa. Setiap habis shalat magrib dan isya akan selalu ada evaluasi diri dari sang Ayah. Dan mengalirlah untain penuh kelembutan dan harapan-harapan kepada 3 kakak beradik itu.
Entah bagaimana lagi melukiskan tentang kalian-ayah, bunda-. Sejenak aku merecall semua tentang masa-masa kecil kami. Masih banyak dan tak akan mampu jemari ini menuliskannya. Semua tersimpan rapih di hati ini.Kalian Matahariku, pelitaku. Akan selalu mengalir doa-doa tulus dan cinta kami untuk kalian.
Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo?a: ?Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.? Mereka itulah orang-orang yang Kami terima dari mereka amal yang baik yang telah mereka kerjakan dan Kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka, bersama penghuni-penghuni surga, sebagai janji yang benar yang telah dijanjikan kepada mereka.? ( QS Al Ahqoof : 15-16)
 “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: ‘Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.’” (Al Isro’: 23)
Orang tua.. Begitu besarnya martabat mereka dipandang dari kacamata syari’at. Nabi mengutamakan bakti mereka atas jihad fi sabilillah, Ibnu Mas’ud berkata: “Aku pernah bertanya kepada Rosululloh, ‘Amalan apakah yang paling dicintai Alloh?’ Beliau menjawab, ‘mendirikan sholat pada waktunya,’ Aku bertanya kembali, ‘Kemudian apa?’ Jawab Beliau, ‘berbakti kepada orang tua,’ lanjut Beliau. Aku bertanya lagi, ‘Kemudian?’ Beliau menjawab, ‘Jihad di jalan Alloh.’” (HR. Al Bukhori no. 5970). Demikian agungnya kedudukan berbakti pada orang tua, bahkan di atas jihad fi sabililllah, padahal jihad memiliki keutamaan yang sangat besar pula.


@Sakan MMCH, 20 Dhulqa'dah 1431H
Menulis dengan rindu
Jangalah mereka YA Mujib As Sailin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar