Desember 13, 2009

Jiwa-jiwa Perindu

Sejarah akan senantiasa mengenang mereka ,bangga untuk menggoreskan tinta emasnya akan jiwa-jiwa perindu. Pribadi-pribadi yang menerangi masa kegelapan, membimbingnya menuju cahaya Rabb ilahi, menuntun jiwa-jiwa yang lemah ke alam keabadian. Begitu Sayyiq Quthb mengistilahkan sang jiwa-jiwa perindu.

Siapakah jiwa-jiwa perindu ??

Mereka akan tetap ada dalam tiap zaman. Berkacalah kepada para pendahulu kita. Lihatlah seorang Thalhah Bin Ubadillah. Dia salah seorang sahabat yang dijamin masuk surga oleh ALLAH. Abu Bakar Shiddiq ra,selalu teringat akan Thalhah. Beliau berkata, perang uhud adalah harinya Thalhah. Dia lah perindu sesungguhnya, pemburu syurga.Tujuh puluh tikaman panah hingga jarinya terputus. Dalam keadaan berdarah darah dengan pedang di tangan kanannyaia ayunkan untuk menebas musuh. Tak memperdulikan maut., ia masih sanggup melindungi Rasullullah dari serangan kaum kuffar.. Subhanallah. Thalhah, sang burung elang dari Uhud.

Lihatlah Sa'ad Bin Abi Waqqosh. Seorang yang teguh pendirian mempertahankan keislamannya.Walaupun berhadapan dengan ibu kandungnya sendiri yang menghendaki Sa'ad untuk meninggalkan agama Muhammad. Sampai sang bunda berlelah-lelah untuk berpuasa hingga dalam keadaan payah agar Sa'ad keluar dari Islam.Dia pun mengutuk Sa'ad dan teguh mengembalikan Sa'ad dalam keadaan kafir. Apa yang dikatakan Sa'ad pada sang bunda " Wahai Ibunda, demi ALLAH jika Ibunda mempunyai seratus nyawa dan nyawa itu hilang satu demi satu aku tidak akan meninggalkan agamaku meski demi ibunda. Subhanallah. Atas kejadian ini, kisahnya pun diabadikan ALLAH dalam surah Al Ankabut ayat 8.

Sungguh jiwa-jiwa perindu akan ada ditiap masanya. Mari kita berkaca saudara kita dari bumi palestina yang telah menjemput syahidnya, Syaikh Ahmad Yasin. Berpuluh tahun kematian enggan menjemputnya, hingga ALLAH menentukan takdirnya. Sampa usia senja, doanya diijabah ALLAH. Kerinduan syahidnya terbukti. Ia bagaikan Umar Bin Khattab yang di bulan wafatnya dan di saat tikaman melumpuhkannya berdoa :" Ya ALLAH, telah tua usiaku, semakin melemah tenagaku. Maka karuniakan daku syahid di Jalan Mu dan jadikan syahid itu di negeri Nabi MU". Lihatlah keadaannya yang lumpuh sejak remaja tak mematahkan semangatnya untuk berjuang membebaskan Palestina. 13 tahun dalam penjara zionis Israel, dengan menanggung kerusakan mata kanannya, sesak nafas, paru-paru dan gangguan pendengaran akibat siksaan. Namun jiwanya jiwa yang bersih, kuat dan berani. Wajahnya selalu bersinar, bercahaya.

Jiwa-jiwa perindu...
Mereka laksana elang yang dengan sayap kanannya ada kerinduan yang bertalu-talu akan Jannatul Firdaus. Mereka perindu ayat-ayat suci yang menggetarkan kalbu, perindu Al Quran. Kepakan sayap kirinya ada ketakutan terhadap neraka dan adzab ALLAH, yang kerap menghantui setiap langkahnya. Kekuatan dahsyatnya adalah mengingat saat-saat paling bahagia, bertemu dengan malaikat pencabut nyawa. Mereka juga perindu Ilmu yang merasa kerdil di hadapan Rabbnya sang Pemilik lautan ilmu. Kekuatan dahsyatnya adalah perindu Rabbul Izzati, Sang pemilik cinta.Hingga jiwa pun hanya dipenuhi lautan cinta tertinggi kepadaNYA.

Umar bin Abdul Aziz Sang Khalifah yang Bijaksana dalam tuturnya " Aku memiliki jiwa perindu. Setiap kali ia sampai pada satu tingkat, setiap itu pula ia merindukan tingkat yang lebih tinggi. Kini ia telah sampai pada tingkat yang tertinggi, yang tiada lagi tingkat yang lebih tinggi dari itu. Dan kini ia hanya merindukan syurga".

Jiwa-jiwa perindu...
Tiada lagi jejak-jejak kemalasan itu, tiada lagi kesenangan dan masa istirahat. Tak kenal lagi mereka dengan lelah, karena jiwa telah haus akan pengampunan dan balasan. Tiada lagi canda itu karena hidupnya telah dihiasi dengan kerja. Yang ada hanya nuansa keimanan yang tinggi. Keistiqomahan !
Jiwa-jiwa perindu telah mengukir kisah peradaban gemilang. Yang telah jauh meninggalkan mereka yang lemah dan putus asa.

Sungguh, jiwa-jiwa perindu, ia hiasi waktunya dengan kekhusyu'an, keseriusan, kerja keras, kesungguhan. Matanya tajam bak pedang yang awas akan kedzoliman. Ia tak akan pernah puas terhadap prestasinya. Bukan karena ambsi dan obsesi. Namun ia takut belum bisa berbuat banyak untuk Umat. Ia khawatir karyanya tak diterima Sang Maha Penilai. Merasa kerdil dan kecil, takut tak layak untuk membeli syurga.

Duhai Jiwa, adakah dirimu sebagai jiwa-jiwa perindu itu??
Jiwa-jiwa yang akan mewarisi negeri mulia para syuhada
yang akan menggoreskan takdir sejarah Umat

Duhai jiwa, dia kah engkau ??
Sang perindu cinta, perindu kematian, perindu syurga, perindu kesyahidan...


ALLAH..cukuplah engkau yang selalu ada di hati kami.. cukuplah engkau YA RABB..




Repost dari FB agar senantiasa SEmanGaaaaattt NrL ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar