Hari ini, saat di luar sana fajar telah merekah terpancar sinar cintanya
saat langit telah membiru, menebarkan putihnya
di sini, jemari mencoba menuangkan kembali bait demi bait
yang ternyata sulit tak semudah dahulu merangkai deretan makna
Duhai waktu, duhai hari-hariku
Begitu cepatnya kalian bergulir
hingga melampaui batas pikirku
ternyata diri ini sudah ada di ujung jalan itu
mencoba berlayar dan mengasingkan diri
Dahulu kita di persimpangan itu, saling menunggu.
Kini kita telah sampai di dermaga
Menatap biru putih langit kokohNYA tanpa tiang
Melambai-lambai semilir angin kesyahduan menyapa
Sungguh,
tak ada hari yang seindah hari ini,
di dermaga ini melihat senyum tulus
meski tampak kejauhan dan samar-samar
dahulu kita jauh tapi hati kita terpaut.
Kini akan semakin jauh dan jauh
Tersadar kembali, ini hanyalah fase hidup
yang suatu saat semua akan kembali ke kampung sebenarnya
Tempat istirahat yang terindah yang pernah ada,
namun tergantung seberapa ikhlas dan kokohnya kita menjual diri padaNYA
Jangan pernah ada duka atau mendung di pelupuk.
Jangan pernah jenuh lantunkan doa-doa tulusmu untukku
Pintaku, tetaplah di dermaga itu memberikan cinta terbaik untukNYA
Tak usah risau akan ada tidaknya pertemuan kita nanti
Waktu akan menjawabnya indah dengan takdir terbaikNYA
Ah.. ternyata,
itu semua hanya kata-kata
yang berbaris rapih, penuh makna
Di sini tak mampu lagi membendung butir bening hingga ia sembab
Kini hanya ia yang menyeka airmatanya,
sendiri , di negeri asing itu
-Aku pamit
Menanti hari berjuang di negeri para Nabi
10 Februari 2010
10 Februari 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar