Kian larut ia meninggalkan dentingan waktu
Berlalu dengan pemaknaan yang dalam
Beriringan dengan jatuhnya kucuran dari langit malam
Selalu ada kisah tertinggal di sana
Di pondok ujung jalan
Dengan kerentaan masih sanggup menahan di pelupuknya
Teriring lembar demi lembar surat cintaNYA
hanya untuknya,
Yang jiwanya sudah bersama Sang Penggenggam Jiwa
-Makassar di penghujung malam
“Tiada kebahagiaan dan kelezatan sempurna bagi hati selain kecintaan kepada Allah dan upaya mendekatkan diri kepada-Nya dengan hal-hal yang dicintai-Nya. sementara cinta tidak akan ada kecuali dengan berpaling dari semua kecintaan kepada selain-Nya" (IBNU TAIMIYAH)
Januari 31, 2010
Aku dan Kamu
Di sini aku tuliskan kembali kisah kita
Saat rinai menari,engkau tempatku memupuk hangat
Saat jiwa resah,engkau tempatku bersandar
Saat rindu meregang,engkau tempatku berbagi rasa
Di sini di tempat ini
Kebersamaan itu akan tetap dan selamanya ada
Meski jiwa sudah tak tergenggam
-Soppeng,30 Januari 2010-
Saat rinai menari,engkau tempatku memupuk hangat
Saat jiwa resah,engkau tempatku bersandar
Saat rindu meregang,engkau tempatku berbagi rasa
Di sini di tempat ini
Kebersamaan itu akan tetap dan selamanya ada
Meski jiwa sudah tak tergenggam
-Soppeng,30 Januari 2010-
Januari 29, 2010
Kenangan Bersama Nenek
Masih basah dalam ingatanku
Waktu ku berumur 3 tahun sampai aku SD
Selalu ada Engkau di sampingku
Tak pernah sedikitpun meninggalkan ku
Saat ku TK, nenek selalu mengantar jemput
Saat sesampai di rumah, nenek yang selalu masak dan menyiapkan makanan
Saat ku main di terik matahari, Engkau pun yang memanggilku pulang
Saat malam menjelang, Engkau yang mengajarkan aku mengaji
Tak heran semua orang berkata aku anakmu, lebih dari anak bunda
Nek, terakhir kita bertemu bulan November kemarin
Usiamu yang senja begitupun dengan ingatanmu akan cucu tersayang
Samar-samar Engkau mengeja namaku, namun begitu sulit
Ku membantu merecall agar Engkau senantiasa mengingatku
Ya,,Engkau berhasil mengingat kenangan kita di kota kalong ini
Nek, aku bersyukur bisa merawat mu saat senja ini
Membantu merawat luka-luka di bagian tubuhmu
Saat itu pun aku tak kuasa hingga butir-butir bening itu pun jatuh
Nenekku tersayang, betapa kagetnya aku saat mendapat kabar itu sesaat setelah Isya
ALLAH sangat mencintaimu nek
Tak dibiarkannya Engkau menderita dengan sakitmu itu
Aku sangat yakin, di sana ada Syurga menanti
Tempat peristirahatan abadi
InsyaALLAH, Yang Kuasa akan menghimpun kita di Jannahnya..
Aku mencintaimu nenek ...Sangaaaaatt
Waktu ku berumur 3 tahun sampai aku SD
Selalu ada Engkau di sampingku
Tak pernah sedikitpun meninggalkan ku
Saat ku TK, nenek selalu mengantar jemput
Saat sesampai di rumah, nenek yang selalu masak dan menyiapkan makanan
Saat ku main di terik matahari, Engkau pun yang memanggilku pulang
Saat malam menjelang, Engkau yang mengajarkan aku mengaji
Tak heran semua orang berkata aku anakmu, lebih dari anak bunda
Nek, terakhir kita bertemu bulan November kemarin
Usiamu yang senja begitupun dengan ingatanmu akan cucu tersayang
Samar-samar Engkau mengeja namaku, namun begitu sulit
Ku membantu merecall agar Engkau senantiasa mengingatku
Ya,,Engkau berhasil mengingat kenangan kita di kota kalong ini
Nek, aku bersyukur bisa merawat mu saat senja ini
Membantu merawat luka-luka di bagian tubuhmu
Saat itu pun aku tak kuasa hingga butir-butir bening itu pun jatuh
Nenekku tersayang, betapa kagetnya aku saat mendapat kabar itu sesaat setelah Isya
ALLAH sangat mencintaimu nek
Tak dibiarkannya Engkau menderita dengan sakitmu itu
Aku sangat yakin, di sana ada Syurga menanti
Tempat peristirahatan abadi
InsyaALLAH, Yang Kuasa akan menghimpun kita di Jannahnya..
Aku mencintaimu nenek ...Sangaaaaatt
-Merindukan pelukan hangatmu, Nek T_T
29 Januari 2010
@ 3 AM Jakarta-Makassar-Soppeng
29 Januari 2010
@ 3 AM Jakarta-Makassar-Soppeng
Simphony Dua Kebahagiaan
Langit sangat merekah di senja itu
semilir angin dan rinai bercumbu mesra
semuanya takjub akan ke Mahadasyatan segala kuasaMU
Pun dirinya, detak jantungnya berdegup kencang
mengikuti irama rinai-rinai yang semakin deras
tik..tik..tik...
ini bukan suara hujan, tapi alunan penanya
menanti sepucuk surat dari negeri para nabi
Raudhah telah menantinya
merajut kembali asa, cita dan cinta di sana
Masih di senja yang sama
tertampar angin-angin sore
Mencoba menguatkan jiwanya
menerawang kupu-kupu yang terbang bebas
menemukan pelengkap jiwanya
Hinggap di kuntum yang sedang merekah
Inikah simphony dua kebahagiaan ?
Tapi mengapa ada tangis ?
Ini tangis Kebahagiaan,di yakininya dalam hati
semilir angin dan rinai bercumbu mesra
semuanya takjub akan ke Mahadasyatan segala kuasaMU
Pun dirinya, detak jantungnya berdegup kencang
mengikuti irama rinai-rinai yang semakin deras
tik..tik..tik...
ini bukan suara hujan, tapi alunan penanya
menanti sepucuk surat dari negeri para nabi
Raudhah telah menantinya
merajut kembali asa, cita dan cinta di sana
Masih di senja yang sama
tertampar angin-angin sore
Mencoba menguatkan jiwanya
menerawang kupu-kupu yang terbang bebas
menemukan pelengkap jiwanya
Hinggap di kuntum yang sedang merekah
Inikah simphony dua kebahagiaan ?
Tapi mengapa ada tangis ?
Ini tangis Kebahagiaan,di yakininya dalam hati
-Indahnya jika bahagia itu dirasakan olehmu juga,5 PM-
Tanpa JUDUL
Untuk hari ini saja aku akan hidup
Wahai masa lalu yang telah pergi dan berakhir
Terbenamlah seperti Mataharimu
Terbanglah layaknya camar-camar itu
Menjauhlah
Tidak akan ada airmata dari pelupukku
Kau tidak akan melihatku berdiri
sambil mengingatmu sekejap pun
karena Kau telah tinggalkanku
dan tidak akan kembali kepadaku selama-lamanya
Memang berkesan hari-hari itu
Biarlah terbungkus dalam relung terdalam
yang hanya ALLAH, satu-satunya yang berhak membukanya
Wahai masa depan
Kau berada di dunia ghaib
Ingin sekali ku melihat nyatamu
Namun aku diajarkan untuk tidak bermain api
menengok mimpi-mimpi semu
Aku tidak akan menjual diriku dengan prasangka-prasangka
Aku tidak akan memburu kelahiran sesuatu yang tiada
Karena esok hari bukan apa-apa
karena belum diciptakan dan karean ia belum disebut
"Sebab itu berpegang teguhlah kepada apa yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur" (QS.Al-A'raf :144)
Wahai masa lalu yang telah pergi dan berakhir
Terbenamlah seperti Mataharimu
Terbanglah layaknya camar-camar itu
Menjauhlah
Tidak akan ada airmata dari pelupukku
Kau tidak akan melihatku berdiri
sambil mengingatmu sekejap pun
karena Kau telah tinggalkanku
dan tidak akan kembali kepadaku selama-lamanya
Memang berkesan hari-hari itu
Biarlah terbungkus dalam relung terdalam
yang hanya ALLAH, satu-satunya yang berhak membukanya
Wahai masa depan
Kau berada di dunia ghaib
Ingin sekali ku melihat nyatamu
Namun aku diajarkan untuk tidak bermain api
menengok mimpi-mimpi semu
Aku tidak akan menjual diriku dengan prasangka-prasangka
Aku tidak akan memburu kelahiran sesuatu yang tiada
Karena esok hari bukan apa-apa
karena belum diciptakan dan karean ia belum disebut
"Sebab itu berpegang teguhlah kepada apa yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur" (QS.Al-A'raf :144)
-Diri yang sedang menguatkan jiwa, 17.27-
Januari 27, 2010
Kenangku Akan Sebuah Nama
Entah bagaimana mendeskripsikan dirimu, teman
karena bagiku perkenalan kita singkat, sangat singkat
keping-keping waktu berlalu layaknya sapuan angin
tertinggal di hatiku dalam tumpukan kenangan
Entah bagaimana aku harus memanggilmu saudaraku
Sosokmu sudah bagaikan Kakak,sahabat,teman
Pernahkah terpikir olehmu, Mengapa ALLAH menakdirkan kita
pernah membersamai fajar hingga senja tiba
Saat di mana ada kucing di dekatku dan terdengar suara burung pipit di dekatmu
Pernahkah terpikir olehmu, Mengapa begitu cepatnya ALLAH mengambil kebersamaan kita, Hingga aku tak menemukan jejak-jejak ukhuwah itu lagi
Mungkinkah untuk menguji kejujuran dan manisnya Iman itu
Tahukah Engkau Saudaraku..
Aku pernah mendengar sebuah syair akan kerinduan, kerinduan setengah mati
Mungkin engkau pernah mendengarnya, tapi mungkin juga tidak
Begitulah suasana hatiku, rindu setengah mati dalam dekapan ukhuwah
Aku langsung teringat padamu
Salah satu pesanmu, sebelum terhapusnya jejak ukhuwah
"Jangan sering dengarkan musik"
Senyum kulumku mengawang jauh,saat mengingat pesan-pesan tulusmu
Sahabat, mungkin beginilah aku mengenang ukhuwah kita
mengingat,merecall kembali tapak-tapak cinta suci
Mencari jejak-jejak seindah pelangi di sini
yang telah membawaku akan sebuah fikrah yang terbuka
Pernah, aku mendapatkan bunga tidur
Suaranya sangat jelas, suaramu yang mengatakan sesuatu dan aku pun terbangun
mencoba mengumpulkan memori-memori mimpi itu
Engkau mengatakan sebuah kata "Yakin" sampai 3 kali
Entahlah...
Kakak, kita pernah berjanji menyambut cinta di ujung senja taman surga
tapi dirimu ternyata ingin menggapainya sendiri tanpaku
Kini aku hanya bertemankan bulir-bulir itu, yang pernah kau seka dengan jiwamu
tapi jangan khawatirkan di sini.
Aku masih memegang kata-kata terakhirmu
Meski dunia memberi seribu alasan untuk kita berpisah,
tapi tunjukkanlah bahwa kita masih punya azzam untuk tetap tersenyum
Memang ALLAH tidak menjanjikan langit selalu biru, bunga selalu mekar, mentari selalu bersinar. Tapi ketahuilah bahwa Dia selalu memberi pelangi di setiap badai
Doa tulusku tak pernah berhenti untuk kebahagiaan dan kebaikanmu di dunia dan akhirat
-isQy-
Dalam kenangan, 27012010
Dalam kenangan, 27012010
Januari 17, 2010
Ekspresikan..ekspresimu..
Kabut masih saja bertahan
Harap-harap sedikit pijaran
Terus kutunggu
Hari,bulan hingga tahun
Tetap menunggunya
Hingga pancarannya benderang
Ehm..
Suara-suara itu masih saja terdengar
Berselimut diantara kabut-kabut
Tidak samar-samar
Rasanya baru kemarin,sangat jelas
Halusinasi kah?
Bukan,karena aku bukan pasien-pasienku dulu
di balik isolasi
Huupf....
Tentang kabut tadi..
Ia akan tetap begitu
Biarlah cinta tulus sang kabut mengalir
Sama seperti rasa ini
Pelan-pelan tak berjejak
Hingga tak menyisakan senyum
@Bogor,dalam derasnya hujan
Ekspresi sedih,rindu,marah...
Ishbir ya Nafsiy...
Harap-harap sedikit pijaran
Terus kutunggu
Hari,bulan hingga tahun
Tetap menunggunya
Hingga pancarannya benderang
Ehm..
Suara-suara itu masih saja terdengar
Berselimut diantara kabut-kabut
Tidak samar-samar
Rasanya baru kemarin,sangat jelas
Halusinasi kah?
Bukan,karena aku bukan pasien-pasienku dulu
di balik isolasi
Huupf....
Tentang kabut tadi..
Ia akan tetap begitu
Biarlah cinta tulus sang kabut mengalir
Sama seperti rasa ini
Pelan-pelan tak berjejak
Hingga tak menyisakan senyum
@Bogor,dalam derasnya hujan
Ekspresi sedih,rindu,marah...
Ishbir ya Nafsiy...
Januari 15, 2010
Pelangi Hatiku
Baru saja berakhir
hujan di sore ini
menyisakan keajaiban
kilauan indahnya pelangi
Tak pernah terlewatkan
dan tetap mengaguminya
kesempatan seperti ini
tak akan bisa dibeli
Bersamamu kuhabiskan waktu
senang bisa mengenal dirimu
rasanya semuanya begitu sempurna
sayang untuk mengakhirinya
hujan di sore ini
menyisakan keajaiban
kilauan indahnya pelangi
Tak pernah terlewatkan
dan tetap mengaguminya
kesempatan seperti ini
tak akan bisa dibeli
Bersamamu kuhabiskan waktu
senang bisa mengenal dirimu
rasanya semuanya begitu sempurna
sayang untuk mengakhirinya
Ost. Laskar Pelangi-Sahabat Kecil
Liriknya sesuai dengan suasana hati
@ Night still with the Rain,9 PM
Liriknya sesuai dengan suasana hati
@ Night still with the Rain,9 PM
Kita..Bukan Kita Yang Dulu Lagi
Unik ! Deskripsiku tentang arti hidup ini. Setiap peristiwa adalah stasiun kenangan. Lembaran-lembaran sejarah masa lalu yang selalu diputar,baik atau buruknya, biasa atau istimewanya. Tentu ada catatan-catatan tentang apa yang datang dan hilang dari diri insan,tentang hari kemarin. Ehm... Masa lalu,penuh dengan kantong-kantong kenangan, menguak emosi jiwa, tentang apa yang singgah dan pergi dalam hidup kita selama ini.
Berjuta rasa dalam jiwa yang hinggap kala memori itu kembali berputar. Ada rasa yang menyulut, memainkan airmata tentunya.Tentang suatu kerinduan akan sulur-sulur kenangan.
Sama seperti Rasulullah SAW saat kehilangan putra tercinta Ibrahim. Beliau menangis. Menampakkan gumpalan mendung kesedihan di ufuk hati dan kemudian butiran-butiran di ujung pelupuk. Hal Yang fitrah memang kalau ada mendung-mendung itu, yang bisa meringankan beban di hati.
Menangislah sebelum tangis tinggal punya satu makna, penyesalan. Menangislah sebelum mereka menangisimu dalam seremoni. Menangislah, karena mata yang aman dari neraka ialah mata yang mengantuk berjaga-jaga di jalan ALLAH dan mata yang menangis karena takut kepadaNYA. (Pilar-pilar Asasi, KH Rahmat Abdullah).
Beginilah hidup, ia tidak datar. Ada yang datang ada yang pergi. Ada kalanya seseorang telah meninggi jauh, meninggalkan posisinya kemarin. Atau tiba-tiba saja, seseorang berubah menjadi sosok lain berbeda dengan yang kemarin.
Mengutip dari Majalah Tarbawi akan kisah Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Saat dilantik menjadi khalifah, ingatannya akan masa lalu hadir melipat-lipat seluruh batinnya. Secepat itu kenangan tentang dirinya dahulu hadir, pada detik-detik yang sangat bersejarah dalam hidupnya. Betapa ia bukan yang dulu lagi, seorang Umar yang necis, dari keluarga terpandang, dan bisa bersenang-senang dengan harta dan kehormatan yang melimpah.
Pada hari itu pula ia menulis surat panjang pada anaknya, Abdul Malik, di Madinah. Ia tumpahkan seluruh isi hatinya, seperti ini :
" Ayahmu dulu seperti orang umumnya, tinggal bersama para saudaranya di sisi orang tuanya. Saudara ayahmu yang besar mengasihi ayahmu. Saudara yang kecil mendekat dan minta dinaungi. Bila kemudian ALLAH memberi ayahmu ini nasib yang baik, segala puji bagiNYA, dan aku pun rela menerimanya. Lalu kamu pun lahir. Lahir pula saudara-saudaramu. Aku pun tetap tinggal di rumah itu bersama kalian. Tidak pernah aku meninggalkan rumah yang dari dulu aku tempati itu.
Perubahan hidup ! Yang dialami Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Setiap kita mungkin mengalaminya, yang membuat kita kehilangan sebagian dari masa lalu yang kita miliki. Kehilangan apa-apa yang dulu kita miliki.
Ada sesuatu yang jauh lebih penting dari sekedar kehilangan sesuatu dari diri dan kehidupan ini. Ialah bagaimana menyikapi kehilangan ini. Lihatlah Umar, tidak larut pada perubahan diri dan status yang mengguncang itu. Ia tidak tenggelam dalam kegalauan pribadi. Meski sepenuhnya sadar, bahwa ia harus kehilangan hari kemarin, suasana kemarin dan segala hal yang dahulu menyertai. Umar mendeklarasikan jatidirinya yang baru. Sebab dunianya yang baru tidak bisa ia hadapi dengan dunianya yang lama. Sebab tantangan hidupnya yang baru tidak bisa ditundukkan dengan kebesarannya di masa lalu. Umar benar-benar mencari pengganti kehilangan itu, dengan sesuatu yang jauh lebih baik. Ia yakin ini semua telah tertulis dalam takdirnya, maka Umar pun siap menggapai ridhaNYA dengan status barunya itu.
Senada dengan kata-kata indah dari warisan sang Murabbi, Alm. KH Rahmat Abdullah, bahwa diperlukan suatu hentakan yakin yang akan melahirkan keberanian, keteguhan dan kesabaran,bertolak dari jaminan yang tak pernah lapuk.
Atas keyakinan itu pula, Umar bin Abdul Aziz berani mendeklarasikan dirinya untuk rela berkorban. Inilah saatnya, di detik ini menjadi Umar yang baru. " Maka, barang siapa yang ingin mengejar surga dan ingin berlari dari neraka, sekarang inilah saatnya. Saat taubat masih bisa diterima, saat dosa masih bisa diampuni. Sebelum ajal memenggal, sebelum amal terputus, sebelum ALLAH menghitung perbuatan manusia di tempat yang tak diterima lagi persembahan, tidak berguna lagi alasan-alasan ..."
Umar adalah Umar, kita adalah kita. Tidak semua orang bisa setegar Umar, secerdas umar dan setangguh Umar. Namun, keyakinan kepada ALLAH akan mampu membuat kita bertahan,bahwa tidak semua kehilangan itu harus ditangisi. Bahkan ada sesuatu yang bukan saja tidak usah ditangisi jika ia pergi, namun memang harus pergi dari hidup kita, harus hilang dan tak pernah kembali lagi....
Duh..Ternyata saya tersadar, bahwa kita bukan kita yang dulu lagi..Tak mengapa, mungkin ini adalah modal untuk kita tersenyum di kemudian hari..InsyaALLAH ..
Duhai, mungkinkah masa lalu itu bisa kembali lagi?
Sesungguhnya aku larut dalam kerinduan kepadanya.
Berjuta rasa dalam jiwa yang hinggap kala memori itu kembali berputar. Ada rasa yang menyulut, memainkan airmata tentunya.Tentang suatu kerinduan akan sulur-sulur kenangan.
Sama seperti Rasulullah SAW saat kehilangan putra tercinta Ibrahim. Beliau menangis. Menampakkan gumpalan mendung kesedihan di ufuk hati dan kemudian butiran-butiran di ujung pelupuk. Hal Yang fitrah memang kalau ada mendung-mendung itu, yang bisa meringankan beban di hati.
Menangislah sebelum tangis tinggal punya satu makna, penyesalan. Menangislah sebelum mereka menangisimu dalam seremoni. Menangislah, karena mata yang aman dari neraka ialah mata yang mengantuk berjaga-jaga di jalan ALLAH dan mata yang menangis karena takut kepadaNYA. (Pilar-pilar Asasi, KH Rahmat Abdullah).
Beginilah hidup, ia tidak datar. Ada yang datang ada yang pergi. Ada kalanya seseorang telah meninggi jauh, meninggalkan posisinya kemarin. Atau tiba-tiba saja, seseorang berubah menjadi sosok lain berbeda dengan yang kemarin.
Mengutip dari Majalah Tarbawi akan kisah Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Saat dilantik menjadi khalifah, ingatannya akan masa lalu hadir melipat-lipat seluruh batinnya. Secepat itu kenangan tentang dirinya dahulu hadir, pada detik-detik yang sangat bersejarah dalam hidupnya. Betapa ia bukan yang dulu lagi, seorang Umar yang necis, dari keluarga terpandang, dan bisa bersenang-senang dengan harta dan kehormatan yang melimpah.
Pada hari itu pula ia menulis surat panjang pada anaknya, Abdul Malik, di Madinah. Ia tumpahkan seluruh isi hatinya, seperti ini :
" Ayahmu dulu seperti orang umumnya, tinggal bersama para saudaranya di sisi orang tuanya. Saudara ayahmu yang besar mengasihi ayahmu. Saudara yang kecil mendekat dan minta dinaungi. Bila kemudian ALLAH memberi ayahmu ini nasib yang baik, segala puji bagiNYA, dan aku pun rela menerimanya. Lalu kamu pun lahir. Lahir pula saudara-saudaramu. Aku pun tetap tinggal di rumah itu bersama kalian. Tidak pernah aku meninggalkan rumah yang dari dulu aku tempati itu.
Perubahan hidup ! Yang dialami Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Setiap kita mungkin mengalaminya, yang membuat kita kehilangan sebagian dari masa lalu yang kita miliki. Kehilangan apa-apa yang dulu kita miliki.
Ada sesuatu yang jauh lebih penting dari sekedar kehilangan sesuatu dari diri dan kehidupan ini. Ialah bagaimana menyikapi kehilangan ini. Lihatlah Umar, tidak larut pada perubahan diri dan status yang mengguncang itu. Ia tidak tenggelam dalam kegalauan pribadi. Meski sepenuhnya sadar, bahwa ia harus kehilangan hari kemarin, suasana kemarin dan segala hal yang dahulu menyertai. Umar mendeklarasikan jatidirinya yang baru. Sebab dunianya yang baru tidak bisa ia hadapi dengan dunianya yang lama. Sebab tantangan hidupnya yang baru tidak bisa ditundukkan dengan kebesarannya di masa lalu. Umar benar-benar mencari pengganti kehilangan itu, dengan sesuatu yang jauh lebih baik. Ia yakin ini semua telah tertulis dalam takdirnya, maka Umar pun siap menggapai ridhaNYA dengan status barunya itu.
Senada dengan kata-kata indah dari warisan sang Murabbi, Alm. KH Rahmat Abdullah, bahwa diperlukan suatu hentakan yakin yang akan melahirkan keberanian, keteguhan dan kesabaran,bertolak dari jaminan yang tak pernah lapuk.
Atas keyakinan itu pula, Umar bin Abdul Aziz berani mendeklarasikan dirinya untuk rela berkorban. Inilah saatnya, di detik ini menjadi Umar yang baru. " Maka, barang siapa yang ingin mengejar surga dan ingin berlari dari neraka, sekarang inilah saatnya. Saat taubat masih bisa diterima, saat dosa masih bisa diampuni. Sebelum ajal memenggal, sebelum amal terputus, sebelum ALLAH menghitung perbuatan manusia di tempat yang tak diterima lagi persembahan, tidak berguna lagi alasan-alasan ..."
Umar adalah Umar, kita adalah kita. Tidak semua orang bisa setegar Umar, secerdas umar dan setangguh Umar. Namun, keyakinan kepada ALLAH akan mampu membuat kita bertahan,bahwa tidak semua kehilangan itu harus ditangisi. Bahkan ada sesuatu yang bukan saja tidak usah ditangisi jika ia pergi, namun memang harus pergi dari hidup kita, harus hilang dan tak pernah kembali lagi....
Duh..Ternyata saya tersadar, bahwa kita bukan kita yang dulu lagi..Tak mengapa, mungkin ini adalah modal untuk kita tersenyum di kemudian hari..InsyaALLAH ..
Duhai, mungkinkah masa lalu itu bisa kembali lagi?
Sesungguhnya aku larut dalam kerinduan kepadanya.
Dulu dalam rentang yang lama kita pernah membangun kerajaan di bumi ini
Yang dipanggul oleh para pemuda hebat
Pemuda yang jika menyaksikan pertempuran,
mereka adalah pahlawan yang menggoncangkan benteng
dan jika malam telah larut
kalian akan dapati mereka bersujud
karena takut ALLAH
(Musthafa Shadiq Ar-Rafi'i)
Yang dipanggul oleh para pemuda hebat
Pemuda yang jika menyaksikan pertempuran,
mereka adalah pahlawan yang menggoncangkan benteng
dan jika malam telah larut
kalian akan dapati mereka bersujud
karena takut ALLAH
(Musthafa Shadiq Ar-Rafi'i)
Jumat yang masih sendu,15 '2010
Januari 14, 2010
Heroisme Perang Badar
Sungguh,,saya takjub setiap kali membuka lembar demi lembar sejarah. Yaitu Siroh Nabiyullah Rasulullah SAW. Sebuah Maha Karya dari para ulama yang menggambarkan energi ruhiya yang dahsyat dari setiap jejak-jejak Rasulullah SAW. Meskipun tebalnya hingga 600an lembar lebih, rasa haus akan lautan kata demi kata itu sungguh melegakan.
Dalam Al Quran pun dipenuhi dengan kisah-kisah yang penafsirannya dilakukan Rasulullah untuk membangkitkan ruhul jihad para sahabat,
" Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi mereka yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman" (QS Yusuf :111)
" Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu,ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu ; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman " (QS. Hud : 120)
Membuka kembali lembaran-lembaran jihad perjuangan Rasulullah dan para sahabat dalam heroisme perang badar menguak akan semangat mereka untuk menegakkan Ad Dien ini..
Duhai para penyeru, jika dirimu kembali terjatuh layaklah berkaca pada mereka betapa heroiknya mereka di perang badar akan sebuah pengorbanan.
Rasulullah SAW bersabda kepada kaum muslimin pada perang badar,
" Songsonglah surga yang luasnya seperti semua langit dan bumi ! Demi Zat Yang Jiwa Muhammad dalam genggamanNYA, tidak seorangpun yang hari ini berperang dengan sabar dan mengharap ridha ALLAH, ia maju dan tidak mundur, kecuali ALLAH akan memasukkannya ke dalam surga." Selanjutnya, Umair bin al-Himan berkata, " Bakh...bakh !" Rasulullah SAW bertanya, "Apa yang membuatmu mengucapkan bakh..bakh..?" Ia menjawab, " Tidak ada ya Rasulullah selain harapan agar aku menjadi salah seorang penghuninya." Ia lalu mengambil beberapa kurma dari tangkainya dan memakan beberapa buah. Ia berkata, Jika aku tetap hidup hingga selesai memakan kurma-kurmaku ini, sungguh itu kehidupan yang sangat lama. " Ia lalu membuang kurma yang dibawanya itu dan langsung bertempur menyerang mereka hingga ia terbunuh (HR. Muslim).
Beliaupun pernah ditanya oleh Auf bin al-Harist, "Apa yang membuat ALLAH menertawakan hambaNYA?" Ia menjawab, " Saat menghadapi lawan, hamba tersebut memasukkan tangannya lalu mencopot baju besi yang dikenakannya dan dibuangnya. Ia lalu mencabut pedangnya dan bertempur menghadapi kaum itu hingga ia sendiri terbunuh (Misykatul-Mashabih, II/331).
Pada saat pasukan sudah mulai bergerak, Al-Aswad bin Abdil Al-Makhzumi berkata ketika sudah, berada di dekat sebuah danau, " Aku berjanji kepada Tuhan bahwa aku akan meminum air danau mereka itu atau merusaknya atau aku sendiri mati sebelum mencapai tujuan itu. Ia terus mendekat, lalu Hamzah bin Abdul Muthalib menghadapinya dan menyerangnya serta mematahkan kakinya. Al-Aswad terus merangkak hingga sampai ke danau. Dengan sebelah kakinya yang masih utuh, ia merusak danau itu dan meminum airnya, sementara Hamzah mengikutinya dan membunuhnya di danau itu.
Setelah itu,satu sama lain mendekat dan Utbah, Syaibah dan Al-Walid menantang duel. Tiga orang anshar keluar menghadapi mereka, dua diantaranya masih muda, Mu'adz, Muawwidz dan Auf dari kabilah Bani Afra'. Ada yang mengatakan bahwa yang ketiga adalah Abdullah bin Rawahah. Rasulullah SAW malu jika yang memulai perang dari kalangan Anshar. Beliau ingin agar serangan pertama itu dari anak-anak paman dan kaum beliau sendiri. Akhirnya beliau memerintahkan agar mereka kembali ke barisan mereka dan mengatakan hal yang baik kepada mereka. Seorang penyeru dari Quraisy bangkit dan berteriak, " Keluarkan orang-orang yang sebanding dengan kami dari kaum kami!" Belia bersabda, " Hai Bani Hasyim, berdirilah ! Selanjutnya, bertempurlah melawan mereka dengan hak kalian di mana ALLAH mengutus Nabi kalian saat orang-orang batil mereka datang untuk memadamkan cahaya ALLAH ! "
Bangkitlah Ali, Hamzah, dan Ubaidah bin Al Harits bin Muthalib dan berjalan menyongsong mereka. Saat itu, Ali mengenakan kain wol berawarna putih. Utbah berkata kepada anaknya, " Hadapi dia hai Walid !" Ia pun bangkit dan Ali membunuhnya. Utbah pun bangkit dan Hamzah menghabisinya. Akhirnya, Syaibah bangkit dan Ubaidillah menghadapinya. Syaibah menebaskan pedang ke arahnya hingga hingga betisnya terputus. Dengan serentak, Ali dan Hamzah maju dan membunuhnya serta menggotong Ubaidillah ke dalam barisan.
Saat itu turunlah Ayat ALLAH,
" Inilah dua golongan (golongan mukmin dan golongan kafir) yang bertengkar, mereka saling bertengkar mengenai Tuhan mereka. Maka orang kafir akan dibuatkan untuk mereka pakaian-pakaian dari api neraka. Disiramkan air yang sedang mendidih ke atas kepala mereka" (QS Al Hajj :19).
Dalam peperangan yang dahsyat ini pun Rasulullah tak henti-hentinya berdoa memohon kemenangan kepada ALLAH SWT seperti yang telah dijanjikanNYA.
Beliau bersabda,
"YA ALLAH, penuhilah bagiku apa yang Engkau janjikan kepadaku. YA ALLAH , sesungguhnya aku mengingatkanMU akan sumpah dan janjiMU."
Saat pertempuran semakin berkobar dan akhirnya mencapai puncak, beliau bersabda lagi,
"YA ALLAH, jika pasukan ini hancur pada hari ini, tentu Engkau tidak akan disembah lagi, kecuali jika memang Engkau menghendaki untuk tidak disembah untuk selamanya setelah ini."
Begitu mendalamnya doa yang beliau sampaikan kepada ALLAH, hingga tanpa disadari mantel beliau jatuh dari pundaknya. Maka Abu Bakar memungutnya lalu mengembalikan ke pundak beliau, seraya berkata, "Cukuplah bagi engkau wahai Muhammad untuk terus menerus memohon kepada Rabb Engkau ."
Lalu ALLAH mewahyukan kepada para malaikat,
" Sesungguhnya Aku bersama kalian, maka teguhkanlah(pendirian) orang-orang yang telah beriman. Kelak akan aku jatuhkan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir"
(QS Al Anfal :12)
Lalu ALLAH mewahyukan kepada Rasulullah SAW ,
" Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kalian dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut " (QS. Al Anfal:9).
Subhanallah ..
Mungkin hanya sedikit yang tertulis tentang betapa heroiknya perang badar di blog ini. Tapi berharap ini adalah kucuran angin segar untuk kita para penyeru, agar tetap bertahan di Jalan ini yang kian hari semakin terjal..
Wallahu A'lam
* Al Manhaj Al Haraki lis-Siratin Nabawiyah, Syaikh Munir Muhammad al-Ghadban
Dalam Al Quran pun dipenuhi dengan kisah-kisah yang penafsirannya dilakukan Rasulullah untuk membangkitkan ruhul jihad para sahabat,
" Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi mereka yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman" (QS Yusuf :111)
" Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu,ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu ; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman " (QS. Hud : 120)
Membuka kembali lembaran-lembaran jihad perjuangan Rasulullah dan para sahabat dalam heroisme perang badar menguak akan semangat mereka untuk menegakkan Ad Dien ini..
Duhai para penyeru, jika dirimu kembali terjatuh layaklah berkaca pada mereka betapa heroiknya mereka di perang badar akan sebuah pengorbanan.
Rasulullah SAW bersabda kepada kaum muslimin pada perang badar,
" Songsonglah surga yang luasnya seperti semua langit dan bumi ! Demi Zat Yang Jiwa Muhammad dalam genggamanNYA, tidak seorangpun yang hari ini berperang dengan sabar dan mengharap ridha ALLAH, ia maju dan tidak mundur, kecuali ALLAH akan memasukkannya ke dalam surga." Selanjutnya, Umair bin al-Himan berkata, " Bakh...bakh !" Rasulullah SAW bertanya, "Apa yang membuatmu mengucapkan bakh..bakh..?" Ia menjawab, " Tidak ada ya Rasulullah selain harapan agar aku menjadi salah seorang penghuninya." Ia lalu mengambil beberapa kurma dari tangkainya dan memakan beberapa buah. Ia berkata, Jika aku tetap hidup hingga selesai memakan kurma-kurmaku ini, sungguh itu kehidupan yang sangat lama. " Ia lalu membuang kurma yang dibawanya itu dan langsung bertempur menyerang mereka hingga ia terbunuh (HR. Muslim).
Beliaupun pernah ditanya oleh Auf bin al-Harist, "Apa yang membuat ALLAH menertawakan hambaNYA?" Ia menjawab, " Saat menghadapi lawan, hamba tersebut memasukkan tangannya lalu mencopot baju besi yang dikenakannya dan dibuangnya. Ia lalu mencabut pedangnya dan bertempur menghadapi kaum itu hingga ia sendiri terbunuh (Misykatul-Mashabih, II/331).
Pada saat pasukan sudah mulai bergerak, Al-Aswad bin Abdil Al-Makhzumi berkata ketika sudah, berada di dekat sebuah danau, " Aku berjanji kepada Tuhan bahwa aku akan meminum air danau mereka itu atau merusaknya atau aku sendiri mati sebelum mencapai tujuan itu. Ia terus mendekat, lalu Hamzah bin Abdul Muthalib menghadapinya dan menyerangnya serta mematahkan kakinya. Al-Aswad terus merangkak hingga sampai ke danau. Dengan sebelah kakinya yang masih utuh, ia merusak danau itu dan meminum airnya, sementara Hamzah mengikutinya dan membunuhnya di danau itu.
Setelah itu,satu sama lain mendekat dan Utbah, Syaibah dan Al-Walid menantang duel. Tiga orang anshar keluar menghadapi mereka, dua diantaranya masih muda, Mu'adz, Muawwidz dan Auf dari kabilah Bani Afra'. Ada yang mengatakan bahwa yang ketiga adalah Abdullah bin Rawahah. Rasulullah SAW malu jika yang memulai perang dari kalangan Anshar. Beliau ingin agar serangan pertama itu dari anak-anak paman dan kaum beliau sendiri. Akhirnya beliau memerintahkan agar mereka kembali ke barisan mereka dan mengatakan hal yang baik kepada mereka. Seorang penyeru dari Quraisy bangkit dan berteriak, " Keluarkan orang-orang yang sebanding dengan kami dari kaum kami!" Belia bersabda, " Hai Bani Hasyim, berdirilah ! Selanjutnya, bertempurlah melawan mereka dengan hak kalian di mana ALLAH mengutus Nabi kalian saat orang-orang batil mereka datang untuk memadamkan cahaya ALLAH ! "
Bangkitlah Ali, Hamzah, dan Ubaidah bin Al Harits bin Muthalib dan berjalan menyongsong mereka. Saat itu, Ali mengenakan kain wol berawarna putih. Utbah berkata kepada anaknya, " Hadapi dia hai Walid !" Ia pun bangkit dan Ali membunuhnya. Utbah pun bangkit dan Hamzah menghabisinya. Akhirnya, Syaibah bangkit dan Ubaidillah menghadapinya. Syaibah menebaskan pedang ke arahnya hingga hingga betisnya terputus. Dengan serentak, Ali dan Hamzah maju dan membunuhnya serta menggotong Ubaidillah ke dalam barisan.
Saat itu turunlah Ayat ALLAH,
" Inilah dua golongan (golongan mukmin dan golongan kafir) yang bertengkar, mereka saling bertengkar mengenai Tuhan mereka. Maka orang kafir akan dibuatkan untuk mereka pakaian-pakaian dari api neraka. Disiramkan air yang sedang mendidih ke atas kepala mereka" (QS Al Hajj :19).
Dalam peperangan yang dahsyat ini pun Rasulullah tak henti-hentinya berdoa memohon kemenangan kepada ALLAH SWT seperti yang telah dijanjikanNYA.
Beliau bersabda,
"YA ALLAH, penuhilah bagiku apa yang Engkau janjikan kepadaku. YA ALLAH , sesungguhnya aku mengingatkanMU akan sumpah dan janjiMU."
Saat pertempuran semakin berkobar dan akhirnya mencapai puncak, beliau bersabda lagi,
"YA ALLAH, jika pasukan ini hancur pada hari ini, tentu Engkau tidak akan disembah lagi, kecuali jika memang Engkau menghendaki untuk tidak disembah untuk selamanya setelah ini."
Begitu mendalamnya doa yang beliau sampaikan kepada ALLAH, hingga tanpa disadari mantel beliau jatuh dari pundaknya. Maka Abu Bakar memungutnya lalu mengembalikan ke pundak beliau, seraya berkata, "Cukuplah bagi engkau wahai Muhammad untuk terus menerus memohon kepada Rabb Engkau ."
Lalu ALLAH mewahyukan kepada para malaikat,
" Sesungguhnya Aku bersama kalian, maka teguhkanlah(pendirian) orang-orang yang telah beriman. Kelak akan aku jatuhkan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir"
(QS Al Anfal :12)
Lalu ALLAH mewahyukan kepada Rasulullah SAW ,
" Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kalian dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut " (QS. Al Anfal:9).
Subhanallah ..
Mungkin hanya sedikit yang tertulis tentang betapa heroiknya perang badar di blog ini. Tapi berharap ini adalah kucuran angin segar untuk kita para penyeru, agar tetap bertahan di Jalan ini yang kian hari semakin terjal..
Wallahu A'lam
* Al Manhaj Al Haraki lis-Siratin Nabawiyah, Syaikh Munir Muhammad al-Ghadban
@ 3.30 pm,Laa Tahzan,,Ukhty ......
Aku RINDU
Tak henti-hentinya ku tantang fajar hingga teriknya menyilaukanku
menatap awan putih penuh debu
Membiarkan diri terbakar sinarnya
membiarkan butiran luluh di wajah
meresapinya hingga di kedalaman jiwa
sungguh sangat lama
hingga ku tersadar
tiada embun-embun itu yang sedikit saja melegakan
tiada deraiannya meski hanya sejenak
suara hembusan pun tak meluruhkan
bulir-bulir di ujung pelupuk
melegakan sekadarnya
tak mengapa,ku menelisik maunya jiwa
mungkin bukan di sini
tempatku menunggunya...
Entahlah .............
Meccah 2008, saat aku rindu ...
menatap awan putih penuh debu
Membiarkan diri terbakar sinarnya
membiarkan butiran luluh di wajah
meresapinya hingga di kedalaman jiwa
sungguh sangat lama
hingga ku tersadar
tiada embun-embun itu yang sedikit saja melegakan
tiada deraiannya meski hanya sejenak
suara hembusan pun tak meluruhkan
bulir-bulir di ujung pelupuk
melegakan sekadarnya
tak mengapa,ku menelisik maunya jiwa
mungkin bukan di sini
tempatku menunggunya...
Entahlah .............
Meccah 2008, saat aku rindu ...
Januari 13, 2010
Salam Cinta untuk Sahabat
Ada kisah dua orang muslimah yang saling bersahabat. Suatu ketika terjadi ketidakharmonisan hubungan antara dirinya dan saudarinya yang seiman. Lantas malam itu pula, keduanya berpisah dan masing-masing menyimpan kemarahan terhadap saudarinya di dalam hatinya...
Setelah itu suara "Allahu akbar...Allahu akbar...." bergema dengan keras untuk memberitahukan datangnya waktu shalat Isya. Ia pun segera menuju masjid dan berwudhu untuk menunaikan shalat, kemudian berdiri di hadapan ALLAH SWT. Bermunajat dan berdoa dengan khusyuk kepadaNYA. Tapi apa yang terjadi ? Tiba-tiba jiwanya berduka, kekuatan ruhaninya tidak bergerak dan anggota badannya yang menghadap ALLAH menjadi lemas tak berdaya.
YA Rabb, apa yang terjadi ? Apa yang menghalangi diriku, hingga tak mampu bermunajat kepadaMU ? Wanita yang tertunduk lemas itu menangis.
Saat itu pula keimanannya yang paling dalam mengakui hikikat apa yang terjadi. Dalam benaknya terucap, " Bagaimana mungkin aku menghadap Rabbku, sementara ada kebencian antara diriku dan saudariku. Bagaimana mungkin aku dapat menghadap Dzat Yang Maha Esa, padahal hatiku dirasuki oleh amarah."
Mungkin, perasaan-perasaan ukhuwah itulah yang menyebabkannya tak mampu melakukan ruku', walau sekali saja. Memang benar, Ia tak sanggup menunaikan shalat.
Akhirnya Ia memutuskan pergi menemui saudarinya yang seiman tadi dan menjabat tangannya. Tak seberapa lama, hatinya kembali bersinar. Tabir-tabir syaitan menyingkir dan mengalirlah rasa cinta karena ALLAH dalam hatinya, seperti mengalirnya air dingin dari atas bukit yang tinggi. Seperti embun penyejuk yang meresap ke dalam jiwanya.
Dua hati itu pun berpadu dengan perasaan-perasaan yang dibalut oleh keakraban dan keimanan. Usai bertemu dan saling memaafkan, wanita itu kembali melakukan shalat isya. Tiba-tiba Ia dapati hatinya khusyuk dan tunduk. Ruhnya pun seolah mengembara bersama ayat-ayat cinta ALLAH SWT. Hatinya telah suci dari kotoran amarah dan stamina keimanannya meningkat.
Subhanallah..
Sungguh..tidak sedikit dalam kehidupan masyarakat kita terjadi perpecahan dan pemutusan silaturahim. Saudariku, apakah kita akan melakukan shalat dengan membawa beban-beban dosa itu?Bergegaslah membuang kotoran-kotoran hati yang mungkin menggerogoti jiwa kita.
ALLAH SWT berfirman :
"... Maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seplah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. " (QS. Fushshilat : 34)
Rasulullah bersabda ,
" Amal-amal manusia diperlihatkan dua kali setiap pekan, yaitu pada hari Senin dan pada hari Kamis, lalu ALLAH mengampuni dosa setiap hamba yang beriman, kecuali hamba yang ada kebencian antara dirinya dan saudaranya, lantas dikatakan, 'Biarkan kedua orang ini, sampai keduanya berdamai'. " (Shahihul Jami' Ash Shaghir, Juz 3. No hadist 2958 )
Saudariku seiman.. bila ada ketidakakraban antara diri kita dengan saudari seiman kita yang lain, atau dengan salah seorang kerabat, maka mari bergegas untuk menghampirinya. Menjabat tangan dan ucapkanlah salam terindah untuknya.
" Apabila salah seorang di antara kamu mencintai saudaranya karena ALLAH maka hendaklah menjelaskan hal itu kepadanya, sebab hal itu dapat mengakrabkan dan lebih mengekalkan kasih sayang. " (silsilah Hadist Shahih, Juz 3. No Hadist : 1199)
* Mawafiq Nisaiyah Musyriqah/Membentuk Muslimah MIlitan : Najib Khalid Al'Amir
Setelah itu suara "Allahu akbar...Allahu akbar...." bergema dengan keras untuk memberitahukan datangnya waktu shalat Isya. Ia pun segera menuju masjid dan berwudhu untuk menunaikan shalat, kemudian berdiri di hadapan ALLAH SWT. Bermunajat dan berdoa dengan khusyuk kepadaNYA. Tapi apa yang terjadi ? Tiba-tiba jiwanya berduka, kekuatan ruhaninya tidak bergerak dan anggota badannya yang menghadap ALLAH menjadi lemas tak berdaya.
YA Rabb, apa yang terjadi ? Apa yang menghalangi diriku, hingga tak mampu bermunajat kepadaMU ? Wanita yang tertunduk lemas itu menangis.
Saat itu pula keimanannya yang paling dalam mengakui hikikat apa yang terjadi. Dalam benaknya terucap, " Bagaimana mungkin aku menghadap Rabbku, sementara ada kebencian antara diriku dan saudariku. Bagaimana mungkin aku dapat menghadap Dzat Yang Maha Esa, padahal hatiku dirasuki oleh amarah."
Mungkin, perasaan-perasaan ukhuwah itulah yang menyebabkannya tak mampu melakukan ruku', walau sekali saja. Memang benar, Ia tak sanggup menunaikan shalat.
Akhirnya Ia memutuskan pergi menemui saudarinya yang seiman tadi dan menjabat tangannya. Tak seberapa lama, hatinya kembali bersinar. Tabir-tabir syaitan menyingkir dan mengalirlah rasa cinta karena ALLAH dalam hatinya, seperti mengalirnya air dingin dari atas bukit yang tinggi. Seperti embun penyejuk yang meresap ke dalam jiwanya.
Dua hati itu pun berpadu dengan perasaan-perasaan yang dibalut oleh keakraban dan keimanan. Usai bertemu dan saling memaafkan, wanita itu kembali melakukan shalat isya. Tiba-tiba Ia dapati hatinya khusyuk dan tunduk. Ruhnya pun seolah mengembara bersama ayat-ayat cinta ALLAH SWT. Hatinya telah suci dari kotoran amarah dan stamina keimanannya meningkat.
Subhanallah..
Sungguh..tidak sedikit dalam kehidupan masyarakat kita terjadi perpecahan dan pemutusan silaturahim. Saudariku, apakah kita akan melakukan shalat dengan membawa beban-beban dosa itu?Bergegaslah membuang kotoran-kotoran hati yang mungkin menggerogoti jiwa kita.
ALLAH SWT berfirman :
"... Maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seplah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. " (QS. Fushshilat : 34)
Rasulullah bersabda ,
" Amal-amal manusia diperlihatkan dua kali setiap pekan, yaitu pada hari Senin dan pada hari Kamis, lalu ALLAH mengampuni dosa setiap hamba yang beriman, kecuali hamba yang ada kebencian antara dirinya dan saudaranya, lantas dikatakan, 'Biarkan kedua orang ini, sampai keduanya berdamai'. " (Shahihul Jami' Ash Shaghir, Juz 3. No hadist 2958 )
Saudariku seiman.. bila ada ketidakakraban antara diri kita dengan saudari seiman kita yang lain, atau dengan salah seorang kerabat, maka mari bergegas untuk menghampirinya. Menjabat tangan dan ucapkanlah salam terindah untuknya.
" Apabila salah seorang di antara kamu mencintai saudaranya karena ALLAH maka hendaklah menjelaskan hal itu kepadanya, sebab hal itu dapat mengakrabkan dan lebih mengekalkan kasih sayang. " (silsilah Hadist Shahih, Juz 3. No Hadist : 1199)
* Mawafiq Nisaiyah Musyriqah/Membentuk Muslimah MIlitan : Najib Khalid Al'Amir
Untukmu,
yang sejauh apapun kini berada
Masih di bumi yang sama kita berdiri
Di langit yang sama kita melangkah
Kepada Rabb yang sama kita berserah
InsyaALLAH atas kehendakNYA kembali bersua ..
Wallahu a'lam
yang sejauh apapun kini berada
Masih di bumi yang sama kita berdiri
Di langit yang sama kita melangkah
Kepada Rabb yang sama kita berserah
InsyaALLAH atas kehendakNYA kembali bersua ..
Wallahu a'lam
*Senja di Taman Ilmu, 5 pm
Januari 10, 2010
Bukan Pemuda Kemarin
Ia pribadi yang muslim
berhati emas berpotensi prima
Yang dikala damai, anggun laksana Kijang di perburuan
Yang dikala perang, perkasa bak harimau kumbang
Ia perpaduan manisnya madu
Satu kali dengan kawan, lain kali dengan lawan
Yang lembut dalam bahasanya
yang teguh membawa suluh
Angannya sederhana citanya mulia
tinggi vitalitas dalam was-was,tinggi budi, rendah hati
Ia-lah surga di tengah sahabat tulus
Ia-lah baja, ditentangnya musuh-musuh durjana
Ia ibarat gerimis atau embun tipis
yang memekarkan bunga
yang melambaikan tangkai-tangkainya
Ia juga topan beliung, yang melemparkan ombak
menggunung yang menggoncang laut ke relung-relung
Ia-lah pertautan Agung Iman Abu Bakar, Perkasa Ali, papa Abu Dzar, Teguhnya Salman
Mandirinya di tengah massa yang bergoncang
Ibarat lentera pertapa di tengah gulita
Ia pilih Syahid Fi Sabilillah
Atas segala kursi dan Upeti
Ia menuju bintang menggapai malaikat
Harganya pun semakin tak terpeti
Maka siapakah yang sanggup membelinya
kecuali Rabbnya ?
Ia bukanlah pemuda kemarin
"Diakah Dirimu ?"
berhati emas berpotensi prima
Yang dikala damai, anggun laksana Kijang di perburuan
Yang dikala perang, perkasa bak harimau kumbang
Ia perpaduan manisnya madu
Satu kali dengan kawan, lain kali dengan lawan
Yang lembut dalam bahasanya
yang teguh membawa suluh
Angannya sederhana citanya mulia
tinggi vitalitas dalam was-was,tinggi budi, rendah hati
Ia-lah surga di tengah sahabat tulus
Ia-lah baja, ditentangnya musuh-musuh durjana
Ia ibarat gerimis atau embun tipis
yang memekarkan bunga
yang melambaikan tangkai-tangkainya
Ia juga topan beliung, yang melemparkan ombak
menggunung yang menggoncang laut ke relung-relung
Ia-lah pertautan Agung Iman Abu Bakar, Perkasa Ali, papa Abu Dzar, Teguhnya Salman
Mandirinya di tengah massa yang bergoncang
Ibarat lentera pertapa di tengah gulita
Ia pilih Syahid Fi Sabilillah
Atas segala kursi dan Upeti
Ia menuju bintang menggapai malaikat
Harganya pun semakin tak terpeti
Maka siapakah yang sanggup membelinya
kecuali Rabbnya ?
Ia bukanlah pemuda kemarin
"Diakah Dirimu ?"
Januari 07, 2010
Kabar dari Langit, akankah ??
Januari 05, 2010
Nikmat itu Ya Rabb
Nikmat itu Ya Rabb
Ku ingin itu jadi pintaku..Sangat
bukan aku tak bersyukur
Pintaku yang satu itu
tak akan mengurangi sedikitpun nikmatMU
yang tak ada akhirnya
Akan ku ketuk ridhoMu
dalam munajat cintaku
selamanya akan begitu
Ku ingin itu jadi pintaku..Sangat
bukan aku tak bersyukur
Pintaku yang satu itu
tak akan mengurangi sedikitpun nikmatMU
yang tak ada akhirnya
Akan ku ketuk ridhoMu
dalam munajat cintaku
selamanya akan begitu
I am Waiting...still waiting
Let the time answer
Let the time answer
Januari 03, 2010
Si Kecil Penjaja Cobek
Lelaki kecil ku sebut namamu
duduk melepas lelah di ujung senja
di pinggiran ibukota menjaja "batu buatan" yang berat itu
Menjaja cobek atau ulekan
Memanggulnya di kedua pundakmu
dengan bambu kau sanggahkan agar kuat
Lelaki kecil
tersenyum simpul kala melihatku membuka helm
malu-malu menutup muka dengan topimu
sambil mengunyah cemilan satu-satu
lagi.. Kau menatapku tersenyum
masih malu-malu dibalik topi lusuhmu
Lelaki kecil
membuatku bertanya-tanya
sampai-sampai aku mengarahkan wajah
ke spion motor
melihat adakah yang aneh di wajahku
Lagi.. kau tersenyum simpul
membalikkan muka
membuat kawanmu heran dan ikut-ikutan menatapku
Lelaki kecil
Apapun yang tersirat dari senyum simpulmu itu
Bagiku tersimpan semangat membaja
Kau tidak menengadahkan tangan ke setiap orang
tapi kau menyusur ibukota
menjajakan cobekmu hingga penghujung senja
Kala lelah kau pun berhenti di persimpangan
sekedar melepasnya dan mengusap butiran bening di dahi
Lelaki kecil
senyum malu-malumu masih bertahan
Hingga ku berlalu
dan tak sempat menyapamu
Hanya senyum tulusku untukmu
agar senantiasa semangat
duduk melepas lelah di ujung senja
di pinggiran ibukota menjaja "batu buatan" yang berat itu
Menjaja cobek atau ulekan
Memanggulnya di kedua pundakmu
dengan bambu kau sanggahkan agar kuat
Lelaki kecil
tersenyum simpul kala melihatku membuka helm
malu-malu menutup muka dengan topimu
sambil mengunyah cemilan satu-satu
lagi.. Kau menatapku tersenyum
masih malu-malu dibalik topi lusuhmu
Lelaki kecil
membuatku bertanya-tanya
sampai-sampai aku mengarahkan wajah
ke spion motor
melihat adakah yang aneh di wajahku
Lagi.. kau tersenyum simpul
membalikkan muka
membuat kawanmu heran dan ikut-ikutan menatapku
Lelaki kecil
Apapun yang tersirat dari senyum simpulmu itu
Bagiku tersimpan semangat membaja
Kau tidak menengadahkan tangan ke setiap orang
tapi kau menyusur ibukota
menjajakan cobekmu hingga penghujung senja
Kala lelah kau pun berhenti di persimpangan
sekedar melepasnya dan mengusap butiran bening di dahi
Lelaki kecil
senyum malu-malumu masih bertahan
Hingga ku berlalu
dan tak sempat menyapamu
Hanya senyum tulusku untukmu
agar senantiasa semangat
Ansyity..Ukhty 030110
Langganan:
Postingan (Atom)