Hanya sebuah cerita yang telah tertulis di sini. Hati yang terdalam. Tentang seorang pasienku di ruang Intermediate ICU MMCH (Madinah Maternity and Children Hospital). Lelaki kecilku itu berumur 2 tahun, dan hanya bisa terbaring dengan dengan macam alat-alat medis, dari mesin napas atau ventilator dan bertingkat-tingkat syringe pump untuk mengalirkan obat ke dalam tubuhnya.
Entah apa yang membuat diri ini jatuh hati kepadanya. Masih teringat saat pertama kali Sa'ad-begitu saya memanggilnya- ditransfer ke ruanganku. Ia terbaring lemah dan sudah menggunakan ventilator untuk membuatnya bernafas. Ku sapa ia dan kubelai rambut tipisnya, Sa'ad..Sa'ad kefhalik? Ia pun hanya mengedipkan mata,karena tak mampu bicara.
Hingga beberapa bulan perawatan, kondisi Sa'ad menurun. Ia dipindahkan ke ruang isolasi karena tersebarnya virus mematikan dalam tubuhnya. Beberapa kali dokter dan perawat berusaha untuk memberikan bantuan maksimal untuknya. Mulai dari obat-obatan antibiotik, Transfusi darah hingga obat-obat narkotik pun digunakan agar ia tetap bertahan.
Pada Sa'ad, saya selalu bercerita. Entahlah apakah ia mengerti atau tidak. Kadang ia hanya meringis dan meneteskan air mata. Apakah ia tahu atau memang ia merasa kesakitan. Padanya, saya selalu bercerita tentang Madinah, tempat kelahirannya.Tentang anak-anak Madinah yang selalu berlarian di halaman Nabawy. Pun sering saya curhat padanya tentang kondisi hatiku. Hingga saya tak sadar saya pernah mengurai bulir di depannya. Namun memang tak ada respon pasti dari Sa'ad. Tidak mengapa, pikirku.Karena sesungguhnya itu yang dibutuhkan Sa'ad. Ditemani dan diajak berbicara.
Sa'ad Fawwaz. Namanya sering kusebut-sebut, karena sangat indah,Meski saat itu belum paham apa artinya.Hanya teringat bahwa salah satu shahabat Rasulullah adalah Sa'ad bin Abi Waqqash. Salah satu dari Al'asyratu almubasysyaruna biljannati (10 orang shabat yang dijamin masuk surga). Baru belakangan, saya mengetahui dari seorang al akh bahwa Sa'ad Fawwaz adalah Bahagia dan Menang atau yang selalu beruntung. MasyaALLAH, Sa'ad namamu sangat bermakna.Bisa terlihat dari semangatmu untuk berjuang meraih nafas kehidupan.
Sa'ad memang layak untuk bahagia, layak untuk menang. Dan akhirnya ia betul-betul meraihnya.Kondisi Sa'ad beberapa hari drop setelah sempat stabil dan bertahan beberapa minggu. Pagi itu saya yang merawat Sa'ad. Setelah endorsement time dari shift malam saya pun membaca nursing notes. Tertulis bahwa semalam Sa'ad sempat arrested atau henti jantung. Namun, Alhamdulillah ia masih terselamatkan dan tetap berjuang untuk bernafas.
Saya pun menyiapkan diri sebelum kembali menyapanya. Tidak tega rasanya, Sa'ad jadi semakin kurus, dan kedipan mata sudah jarang ia lakukan. Seperti biasa, menyapa sa'ad dengan cinta,dan memberinya semangat.Kalau boleh jujur, semakin banyak penyelamatan yang dilakukan oleh dokter dan perawat, semakin membuatnya menderita. Karena penyakit yang diderita Sa'ad sudah kronik. Namun, dokter dan perawat harus tetap melakukan usaha maksimal karena begitulah kode etik mengajarkan.
"Salamun 'alaik, Sa'ad ?" Kusapa ia dan ku elus kepalanya. Ia ingin meringis namun tak bisa lagi. Terlihat saturasi oksigen pun fluktuasi, kuatur posisi tidurnya dan kuberikan ia chest phisiotheraphy dengan menepuk-nepuk punggungnya.Mesin suction (penghisap sekret) kuhidupkan dan ternyata sekresinya sangat banyak dari ETT (endotracheostomy tube), mulut dan lubang hidungnya. Sa'ad meneteskan air mata, ia kesakitan. Akhirnya kuhentikan tindakanku. Dan ku observasi sejenak keadaannya. Saturasi oksigen mulai naik dan bertahan antara 93%-98%. Kuletakkan handphoneku di dekat telinga Sa'ad dan lantunan Syaikh Al Afaasi pun menemaninya.
Ku tinggal Sa'ad sementara di ruang isolasi, karena saya harus merawat pasien kecilku yang lain.Namun tatapanku tetap tertuju ke Sa'ad meski hanya melihat di balik kaca ruang isolasi. Sa'ad masih bertahan, kataku dalam hati. Hanya beberapa menit dari pengalihan pandanganku,kembali kutengok Sa'ad dari kaca. Saturasi Oksigennya drop, dan semakin drop. Saya pun berlari menuju ruang isolasi, melihat keadaan saat yang pucat. Sa'ad arrested. Saya berteriak memanggil dokter dan beberapa perawat. Saturasi oksigen tidak terbaca lagi di layar oksimetri. Tekanan darahnya semakin menurun, meski sudah menggunakan dopamine untuk menaikkan tekanan darahnya.
Resusitasi Jantung Paru atau Cardio Pulmonary Resucitation kulakukan, sementara dokter melakukan ambu bag atau memberikan full oksigen yang di sambung melalui ETT. Sementara teman perawat menyiapkan adrenalin untuk menstabilkan jantung Sa'ad. Cairan natrium chloride juga diberikan melalui infus cepat. Alhamdulillah Sa'ad tertolong. Saturasi oksigen perlahan mulai naik. Sejak arrested, tidak pernah kutinggalkan Sa'ad sedikitpun. Meski hanya keluar untuk istirahat sejenak. Saya ingin menemani Sa'ad, bercerita lagi meski kondisinya sangat parah.Mencoba menahan bulir ini agar ia tak jatuh.
Pagi itu Sa'ad mengalami tiga kali arrested dan 3 kali pula dilakukan CPR sampai akhirnya jam 2 siang waktu Madinah, Sa'ad betul-betul meraih kemenangannya. Ia tidak tertolong. Usaha maksimal sudah dilakukan. Qadarallah ini yang terbaik untuk Sa'ad Fawwaz. Seperti namanya, ia telah menang dan bahagia bertemu Rabbnya tercinta.
25 Rabiut tsany 1432 H,
Packing had done!
Kangen untuk kembali ke Madinah,
kembali berjuang bersama my little patients
Tidak ada komentar:
Posting Komentar