Februari 20, 2010

Lelaki Surgaku

Lelaki Surgaku..
Bertemu di jalan cinta para pejuang
Jalan berliku penuh onak dan duri, jalan dakwah !

Lelaki Surgaku..
Kesholehanmu membuatku makin cinta kepadaNYA
Ketulusanmu selalu lahir dari senandung cintaNYA

Lelaki Surgaku..
Bersamu selalu ada ketenangan batinku
Tanpamu akan membuncah kerinduanku

Lelaki Surgaku..
Dahaga cintamu tak pernah kering
Kerap membasuh jiwaku
Yang kadang rapuh
dalam munajat cinta,

Lelaki Surgaku..
Tulus cintamu sejatinya dari pancaran cahayaNYA
Layaknya sesegar embun pagi yang menyapa

Lelaki Surgaku..
Senandung doa-doamu menguatkanku untuk bertahan di dermaga cinta kita
Meski gelombang badai menerjang kencang

Lelaki Surgaku..
Bersamamu meniti cintaNYA
Menuju taman syurga firdaus
Selamanya..hanya bersamamu


For my beloved Abi
UHIBBUKA FILLAH..Jiddan ^^

Februari 17, 2010

BUTTERFLY


A man found a cocoon of a butterfly. One day a small opening appeared. He sat and watched the butterfly for several hours as it struggled to force its body through that little hole. Then it seemed to stop making any progress. It appeared as if it had gotten as far as it could, and it could go no further.

So the man decided to help the butterfly. He took a pair of scissors and snipped off the remaining bit of the cocoon.

The butterfly then emerged easily. But it had a swollen body and small, shriveled wings.
The man continued to watch the butterfly because he expected that, at any moment, the wings would enlarge and expand to be able to support the body, which would contract in time.
Neither happened! In fact, the butterfly spent the rest of its life crawling around with a swollen body and shriveled wings. It never was able to fly.

What the man, in his kindness and haste, did not understand was that the restricting cocoon and the struggle required for the butterfly to get through the tiny opening were God's way of forcing fluid from the body of the butterfly into its wings so that it would be ready for flight once it achieved its freedom from the cocoon.

Sometimes struggles are exactly what we need in our lives. If God allowed us to go through our lives without any obstacles, it would cripple us.
We would not be as strong as what we could have been. We could never fly!


I asked for Strength...And God gave me Difficulties to make me strong.
I asked for Wisdom...
And God gave me Problems to solve.
I a
sked for Prosperity... And God gave me Brain and Brawn to work.
I asked for Courage...And God gave me Danger to overcome.
I asked for Love...And God gave me Troubled people to help.
I asked for Favors... And God gave me Opportunities.
I received nothing I wanted ... I received everything I needed!
Trust in God. Always !


And it may be you dislike a thing which is good for you and that you like a thing which is bad for you ALLAH knows but you do not know
(Al Baqarah : 216)



Untuknya, saudaraku
yang selalu menyadarkan bahwa tidak semua harus sesuai dengan harapan
karena skenario terindah selalu dariNYA
Bersabar dan bersyukur Ukhty ...

Februari 11, 2010

Sajak Perpisahan


Hari ini, saat di luar sana fajar telah merekah terpancar sinar cintanya
saat langit telah membiru, menebarkan putihnya
di sini, jemari mencoba menuangkan kembali bait demi bait
yang ternyata sulit
tak semudah dahulu merangkai deretan makna

Duhai waktu, duhai hari-hariku

Begitu cepatnya kalian bergulir
hingga melampaui batas pikirku

ternyata diri ini sudah ada di ujung jalan itu
mencoba berlayar dan mengasingkan diri


Dahulu kita di persimpangan itu, saling menunggu.
Kini kita telah sampai di dermaga
Menatap biru putih langit kokohNYA tanpa tiang
Melambai-lambai semilir angin kesyahduan menyapa

Sungguh,
tak ada hari yang seindah hari ini,
di dermaga ini
melihat senyum tulus
meski tampak kejauhan dan samar-samar

dahulu kita jauh tapi hati kita terpaut.
Kini akan semakin jauh dan jauh


Tersadar kembali,
ini hanyalah fase hidup
yang suatu saat semua akan kembali ke kampung sebenarnya

Tempat istirahat yang terindah yang pernah ada,
namun tergantung seberapa ikhlas dan kokohnya kita menjual diri padaNYA


Jangan pernah ada duka atau mendung di pelupuk.
Jangan pernah jenuh lantunkan doa-doa tulusmu untukku
Pintaku, tetaplah di dermaga itu memberikan cinta terbaik untukNYA

Tak usah risau akan ada tidaknya pertemuan kita nanti

Waktu akan menjawabnya indah dengan takdir terbaikNYA

Ah.. ternyata,
itu semua hanya kata-kata
yang berbaris rapih, penuh makna

Di sini tak mampu lagi membendung butir bening hingga ia sembab

Kini hanya ia yang menyeka airmatanya,
sendiri , di negeri asing itu
-Aku pamit
Menanti hari berjuang di negeri para Nabi
10 Februari 2010

Februari 10, 2010

Bacakan sekali lagi !


Pernah,bersua dalam masa sangat singkat
di antara ilalang padang rumput, berderu penuh debu
terpancar kilaunya sang surya merasuki jiwa
tersungging senyum-senyum camar bersahut-sahutan

Pernah, beriring dalam bait dan larik kita
di antara tumpukan puisi-puisiku,puisi-puisimu
hanya satu-satunya yang tertinggal dan tak akan lapuk terganti zaman
selalu terjaga di kedalaman hati

pernah, terpaan langit senja mengantar kita
dalam balutan cintaNYA, lantunan yang bukan syairku, bukan puisimu
Mengalun dari pita suaramu yang syahdu
Bacakan sekali lagi
Bacakan sekali lagi, meski ini hanya harapan terdalamku
Akankah, Engkau bacakan sekali lagi ?

Pernah, beradu kata dalam candaan
diantara semilirnya angin-angin fajar hingga senja
ini bait-baitmu, dari pena tulusmu terukir di kamar sejarahmu
ini bait-baitmu, terucap dengan malu-malu
Bacakan sekali lagi
Bacakan sekali lagi, untuk di sini yang selalu menanti untaian indah
Semoga di taman surgaNYA, harapku


Bacakan sekali lagi,pintaku kepadamu !!
24 Safar 1431

Februari 08, 2010

Sebiru Baitku


Gemuruh telah membuka kumpulan tarian pena
yang tersimpan rapih di folder diary biru
Begitu kuat tiap-tiap barisan katanya yang bergandengan
nyata sekali bulir beningnya selalu ada mencumbui bait demi bait

Inilah untaian lukisan hati yang biru
Kerap menghampiri tiap padanannya
Wahai Qalbu, mengapa selalu biru yang engkau pilih ?
Sungguh,engkau mampu menciptakan ribuan warna hatimu
tapi jangan rona biru itu

Senyumkanlah hati, agar lantunan ayat-ayat cinta
dapat mengalir dalam sanubari
di nafs terdalam yang sejatinya bening, putih
seperti sucinya Al Kautsar

Senyumkanlah sujud syahadah, agar Rabbmu hadir
dalam lantunan penuh harap dan penghambaanmu
yang tak pernah jenuh, karena itulah hakikatnya






ALLAH, aku tahu aku selalu dalam
penjagaanMU. Tak ingin yang lain, hanya RidhoMU
8 Februari 2010

Februari 05, 2010

Sabaaar ya !

Entah bagaimana parasnya sekarang
Terbaring lemah,menahan sakit
Sungguh, aku merasakan
Karena kita satu jiwa
Andai diri ada di dekatmu
Merasakan apa yang kau rasa
Aku hanya bisa berdoa untuk kesembuhanmu
Semoga ALLAH mengangkat penyakitmu
Yakinlah segala dosa akan berguguran
Dan kau akan kembali suci


-untuk sahabatku..sabaaaar yaa !

One Step To MADINAH

Kabar dari langit itu pun datang, setelah menanti bulan demi bulan. Setelah memupuk kesabaran. Setelah membekali diri dengan ilmu. Mematangkan diri dengan dzikir dan ikhtiar. Sesungguhnya ALLAH akan selalu memberikan yang teeeeeeeerrrrbaik untuk setiap hambanya.

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu ; ALLAH Maha Mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui (QS. Al Baqoroh : 216)

Kesabaran, keyakinan dan berhuznudzon kepadaNYA yang menurutku akan menghasilkan buah yang manis untuk dipetik. Meski ini bukan akhir dari setiap peristiwa karena selalu akan ada ujian di dalamnya. Tapi setidaknya saat ini aku bisa bernafas lega. Setelah berjuang siang malam belajar ( hehehe... ^^),no weekend, atau hiburan apapun. Mungkin sama seperti anak-anak sekolahan yang menghadapi SNMPTN.

Saat hari H ujian pun, jantung tetap saja memainkan perannya. Memompa darah dan mengalirkan oksigen ke seluruh tubuhku. Namun kali ini ia dipaksa untuk berdegup kencang. Kalau istilah medis takikardia, biasanya denyut nadinya lebih dari 100x/menit. Belum lagi respon-respon saraf lainnya ikut berkolaborasi. Misalnya berkeringat, tremor atau gemetaran, asam lambung meningkat alias mulas dan mual-mual. Wah ternyata gitu banget yaa kalo kita stres (hehehe... ). Hal ini yang kualami saat hari H. Alhamdulillah bisa menenangkan diri dengan tehnik relaksasi. Dengan mojok di suatu tempat, jauh dari keramaian, menutup mata sambil menarik nafas dan melantunkan dzikir. Ampuuuh juga ! Dari pada melihat muka teman-teman yang dirundung panik. Akhirnya tiba giliranku, yang saat itu sudah menjelang senja, soreeeee bangeet..

Bismillah, ketemu penguji yang merupakan seorang rijal, perawat juga dari King Faisal Hospital Mekkah, Ministry of Health (MOH). Alhamdulillah aku bisa menguasai keadaan sebelum ditanya-tanya kasus. Penguji membuka-buka file dan aplikasiku, dan agak suprise karena ku ex-Saudi, di Mekkah juga. Dia pun hanya menanyakan soal yang sederhana. Hanya 2 Soal, dibanding teman-temanku yang mendapat 5-20 soal.. (pikirku dalam hati limadza ?).

Sebelumnya, ada seorang penguji MOH yang masuk ke ruang ujianku, berbicara dengan pengujiku. Mereka pake bahasa Arab fasih, yang bisa kumengerti sedikit-sedikit. Dan betapa kagetnya, karena aku diomongin (Hikz..... T.T). Tapi diomongin baik, mereka berdiskusi seputar pengalaman kerjaku dan point yang kuperoleh di RS di Mekkah..then.. Mumtaz!!Welcome back to Saudi Arabia !!, kata penguji MOH.

Alhamdulillah, ALLAH memudahkan semuanya. Namun penempatan belum aku ketahui. Saat aku merequest Madinah, para penguji mengatakan begini : "Afwan ya sister, Mafii place kaman, Full already". Hikz..hikz.. mendapat tamparan angin senja. ternyata posisi di Madinah sudah full. Ya sudah tidak bisa berbuat apa-apa. Saat itu aku mengazzamkan diri bahwa ALLAH pasti akan memberikan yang teeeeeeeeeerrrbaik. Dan selayaknya aku bersyukur karena sudah lulus dengan cara yang mudah. Pasrah namun tetap berdoa, ikhtiar akan ada tempat yang baik untukmu, kataku sambil menyeka sendiri butir-butir beningku.

Hari itu pun kuakhiri dengan agak senyum kecut karena Madinah sudah full dan nda tahu akan ditempatkan di mana. Yakiiiiiin saja Begitu kata bunda, saat kuceritakan semua yang kualami. Menunggu beberapa hari, akhirnya ada Noticement penempatan. Saat itu senja hari, dan ku dapat sms dari teman mengenai penempatan. Begini isi smsnya " Mabruuuuk sist, dirimu dapat di Madinah ". Lagi-lagi angin senja menamparku,setengah percaya. Aku langsung sujud syukur dan memberitahu bunda. Subhanallah, masih ada rasa nda percaya. Sembari memutar episode waktu ujian dan saat berbicara dengan pengujinya tentang Madinah.

'Ala kulli hal, Alhamdulillah,,Yang teeeeeeeeeeeeerrrbaaiiik, akan selalu ada untuk setiap hambanya..yakin..yakin..yakin.. Akhirnya bisa tersenyuuuum ^^.
Hari selanjutnya, ku lihat sendiri lembaran noticement itu, biar semakin yakin dan percaya. ANDI NURUL RIZQI, Penempatan MADINAH. Hanya ada rasa syukur tak berjeda ^^.

Next Step Renew Passport ke Imigrasi, Alhamdulillah dimudahkan meski ada sedikit kesalahan nama, karena nama kepanjangan, belum lagi digabung dengan nama ayah..ckckckc..jadi deh dipotong nama ayah hehehe...

Sekarang tinggal nunggu tiket, dan tanggal keberangkatan memang belum ada. Biasanya akan diumumkan seminggu sebelum berangkat. Jadi dadakan..hikz. Mau nda mau packing-packing dari sekarang.

Bismillah, ridhoi dan mudahkan segalanya untukku ya MUJIB AS SAILIN ^^

-counting days ...

Februari 03, 2010

Telaga Cinta Sang Guru

Mengambil butir-butir ilmu dari sang guru ibarat meraup cinta dari sang telaga. Sang Guru, denyut nadinya adalah denyut dakwahnya. Masih teringat,pesan-pesan beliau saat mengikuti taklimnya beberapa tahun silam, sebelum Yang Kuasa mengambilnya. Begini kata beliau :

"Bila da'i bermental ayam negeri yang tak tahan angin, mudah kena sampar dan mengandalkan jatah makanan olahan, maka kiamat dakwah sudah terdengar serunainya"
Memang seperti itu dakwah. Dakwah adalah cinta. Dan cinta akan meminta semuanya dari dirimu. Sampai pikiranmu. Sampai perhatianmu. Berjalan, duduk, dan tidurmu. Bahkan di tengah lelapmu, isi mimpimu pun tentang dakwah. Tentang umat yang kau cintai.

Lagi-lagi memang seperti itu. Dakwah. Menyedot saripati energimu. Sampai tulang belulangmu. Sampai daging terakhir yang menempel di tubuh rentamu. Tubuh yang luluh lantak diseret-seret. .. Tubuh yang hancur lebur dipaksa berlari.

Seperti itu pula kejadiannya pada rambut Rasulullah. Beliau memang akan tua juga. Tapi kepalanya beruban karena beban berat dari ayat yg diturunkan Allah.

Sebagaimana tubuh mulia Umar bin Abdul Aziz. Dia memimpin hanya sebentar. Tapi kaum muslimin sudah dibuat bingung. Tidak ada lagi orang miskin yang bisa diberi sedekah. Tubuh mulia itu terkoyak-koyak.

Sulit membayangkan sekeras apa sang Khalifah bekerja. Tubuh yang segar bugar itu sampai rontok. Hanya dalam 2 tahun ia sakit parah kemudian meninggal. Toh memang itu yang diharapkannya; mati sebagai jiwa yang tenang.

Dan di etalase akhirat kelak, mungkin tubuh Umar bin Khathab juga terlihat tercabik-cabik. Kepalanya sampai botak. Umar yang perkasa pun akhirnya membawa tongkat ke mana-mana. Kurang heroik?

Akhirnya diperjelas dengan salah satu luka paling legendaris sepanjang sejarah; luka ditikamnya seorang Khalifah yang sholih, yang sedang bermesra-mesraan dengan Tuhannya saat sholat.

Dakwah bukannya tidak melelahkan. Bukannya tidak membosankan. Dakwah bukannya tidak menyakitkan. Bahkan juga para pejuang risalah bukannya sepi dari godaan kefuturan.

Tidak… Justru kelelahan. Justru rasa sakit itu selalu bersama mereka sepanjang hidupnya. Setiap hari. Satu kisah heroik, akan segera mereka sambung lagi dengan amalan yang jauh lebih “tragis”.

Justru karena rasa sakit itu selalu mereka rasakan, selalu menemani… justru karena rasa sakit itu selalu mengintai ke mana pun mereka pergi… akhirnya menjadi adaptasi.

Kalau iman dan godaan rasa lelah selalu bertempur, pada akhirnya salah satunya harus mengalah. Dan rasa lelah itu sendiri yang akhirnya lelah untuk mencekik iman. Lalu terus berkobar dalam dada.

Begitu pula rasa sakit. Hingga luka tak kau rasa lagi sebagai luka. Hingga “hasrat untuk mengeluh” tidak lagi terlalu menggoda dibandingkan jihad yang begitu cantik.

Begitupun Umar. Saat Rasulullah wafat, ia histeris. Saat Abu Bakar wafat, ia tidak lagi mengamuk. Bukannya tidak cinta pada abu Bakar. Tapi saking seringnya “ditinggalkan” , hal itu sudah menjadi kewajaran. Dan menjadi semacam tonik bagi iman..

Karena itu kamu tahu. Pejuang yang heboh ria memamer-mamerkan amalnya adalah anak kemarin sore. Yang takjub pada rasa sakit dan pengorbanannya juga begitu. Karena mereka jarang disakiti di jalan Allah. Karena tidak setiap saat mereka memproduksi karya-karya besar.

Maka sekalinya hal itu mereka kerjakan, sekalinya hal itu mereka rasakan, mereka merasa menjadi orang besar. Dan mereka justru jadi lelucon dan target doa para mujahid sejati, “ya Allah, berilah dia petunjuk… sungguh Engkau Maha Pengasih lagi maha Penyayang… “

Maka satu lagi seorang pejuang tubuhnya luluh lantak. Jasadnya dikoyak beban dakwah. Tapi iman di hatinya memancarkan cinta… Mengajak kita untuk terus berlari…



Teruslah bergerak, hingga kelelahan itu lelah mengikutimu

Teruslah berlari, hingga kebosanan itu bosan mengejarmu

Teruslah berjalan, hingga keletihan itu letih bersamamu

Teruslah bertahan, hingga kefuturan itu futur menyertaimu

Tetaplah berjaga, hingga kelesuan itu lesu menemanimu




In Memoriam, Sang Murrobbi -KH. Rahmat Abdullah

Sajak Bunga Palestina


Ayahku mereka mengatakan, engkau penjahat

Pada kenyataannya engkau bukannlah penjahat

Ayahku ! Mengapa mereka menghalangiku darimu

Mereka memenjarakannmu tanpa sempat menciumku sama sekali

Engkaupun tak sempat mengusap airmata ibuku

Ibuku ! Aku melihat airmata di kedua matamu tiap pagi

Tidakkah Palestina berhak melakukan pengorbanan ?

Engkau menjadikanku berbicara pada matahari tiap pagi

Ibuku ! Apakah aku dapat melihat kembali ayahku ?

Ataukah Ia wafat tanpa aku dapat melihatnya sampai hari kiamat ?

Atau Ia akan mengusap airmata ibuku yang bercucuran tiap fajar tiba ?

Ayahku ! Dimana engkau ayahku?

Aah betapa terjajahnya masa kecilku

Aah betapa terjajahnya masa kecilku

Aku bunga Palestina

No KTPku 70000

Aku belum sempat mencium ayahku sejak mentari terbit

Hari raya datang sampai hari raya berikutnya

Bayi demi bayi telah lahir

Syahid demi syahid berguguran

Sedangkan ayahku terkurung dalam teralis besi

Di belakang penjara hina yang tak pantas dihuni manusia

Kapankah datangnya hari pembalasan

Kapankah saatnya terali besi itu patah


Untuk wahai kalian

orang-orang yang mencium anak-anak kalian tiap pagi

Untuk wahai kalian

orang-orang yang mencium anak-anak kalian tiap pagi

Janji-janji kalian banyak dan permainan kalian banyak sekali

Malulah kalian

Malulah kalian

Malulah kalian

Ayahku terkurung dalam terali besi

Aku ingin (berjumpa) ayahku

Aku ingin (berjumpa) ayahku

Aku ingin (berjumpa) ayahku




* Surat-surat Cinta,Fariq Gasim


Masih adakah Palestina di hati kita ?
Sungguh tangisan itu akan terus terdengar
Jikalau engkau tak mampu memberikan harta jiwa atau ragamu
selipkanlah doa tulusmu dalam setiap shalat dan sujudmu
Namun jika engkau mampu menggunakan senjata mengapa harus menggunakan batu kerikil...